Jilid 66

1.5K 28 0
                                    

Siu Coan marah sekali dan dia melayangkan pandangannya kepada mereka yang hadir. Kaget juga hatinya ketika melihat betapa semua anggauta Thian-te-pang berkumpul di situ dan kebanyakan dari mereka telah bangkit dan siap menentangnya dengan pandang mata bermusuhan! Bahkan dia melihat pula para hwesio dan tosu yang hadir dari perkumpulan-perkumpulan persilatan besar, sudah siap pula membela tuan rumah.

"Omitohud, kalau Thian-te-pang dikacau orang luar, pinceng sekalian sebagai sahabat-sahabatnya tidak akan tinggal diam!" kata seorang hwesio Siauw-lim-pai.

"Benar, pinto bersama saudara semua juga akan membela Thian-te-pang dari gangguan orang luar!" kata seorang tosu tinggi kurus yang bermuka kuning.

Siu Coan bukan orang bodoh. Dia tidak gentar menghadapi semua orang Thian-te-pang. Akan tetapi diapun tahu bahwa tak mungkin dia akan menang menghadapi pengeroyokan mereka semua, apalagi diingat bahwa di antara para tamu terdapat tokoh-tokoh Siauw-lim-pai dan Kun-lun-pai yang lihai.

Juga, kalau dia menggunakan kekerasan, tentu dia akan kehilangan rasa suka mereka, padahal dia masih mengharapkan bantuan orang-orang Thian-te-pang, setidaknya para anggauta yang suka kepadanya dan yang bahkan sudah menerima agama baru yang disiarkannya. Dalam waktu beberapa puluh detik saja, pemuda yang cerdik ini sudah dapat memutar otaknya dan diapun tetap bersikap tenang, bahkan dia lalu menjura ke arah Ma Ki Sun dan suaranya terdengar lantang, lembut dan tenang.

"Ma-pangcu, sejak dahulupun aku tidak ingin mengganggu Thian-te-pang, melainkan hendak memajukan perkumpulan ini. Akan tetapi kalau Ma-pangcu dan para anggauta Thian-te-pang tidak menghendaki bantuanku, tidak mengapalah. Aku akan mundur sekarang juga. Akan tetapi, tentu Ma-pangcu dan semua anggauta tidak akan menganggap aku sebagai musuh, melainkan sebagai seorang sahabat, bukan?"

Ma Ki Sun sendiri tercengang. Tak disangkanya bahwa pemuda itu akan demikian mudahnya mengalah! Tadinya dia bahkan mengharapkan pemuda itu akan menjadi marah dan akan memberontak dan melawan agar dia dapat mengeroyoknya bersama para anggauta dan para tamu yang lihai agar dia dapat membasmi pemuda yang lihai dan berbahaya ini.

Akan tetapi siapa kira, pemuda itu bersikap demikian mengalah dan lunak, sehingga tentu saja tidak ada alasan baginya untuk mengeroyoknya! Terpaksa dia balas menjura kepada pemuda itu.

"Tentu saja Ong-sicu tetap menjadi sahabat kami, karena bagaimanapun juga, maksud sicu memimpin perkumpulan kami adalah baik walaupun sepak terjang sicu tidak cocok dengan pendirian kami."

Dia masih mengharapkan agar pemuda itu membantah sehingga ada bahan untuk saling bertentangan. Akan tetapi, pemuda itu tersenyum, menjura dan duduk lagi sambil mengucapkan terima kasih. Melihat sikap pemuda ini, tentu saja para tamupun tidak ada yang dapat mencela, bahkan ada di antara mereka yang diam-diam memuji sikap pemuda itu yang dianggap tahu diri dan tidak mencari keributan.

Karena sikap pemuda ini, maka tidak terjadi peristiwa di dalam pesta, dan semenjak hari itu, Siu Coan meninggalkan Thian-te-pang dengan aman, sama sekali tidak mau memancing keributan. Memang pemuda ini pandai bukan main.

Dengan sikapnya ini, maka kelak akan banyak di antara para anggauta Thian-te-pang yang mau masuk menjadi anggauta perkumpulan baru yang didirikannya, diberinya nama Fhi-sang-ti-hui (Perkumpulan Pemuja Tuhan), sebagai suatu perkumpulan yang memeluk Agama Kristen, akan tetapi yang di dalamnya mengandung cita-cita untuk meruntuhkan kekuasaan Mancu yang menguasai tanah air.

◄Y►

Pulau yang tidak begitu jauh dari daratan besar itu disebut Pulau Layar, karena dari jauh bentuknya seperti layar sebuah perahu besar dan berwarna hitam. Letaknya di lautan kuning, kurang lebih hanya tiga lie dari daratan.

Para nelayan mengenal pulau ini sebagai pulau kecil milik seorang hartawan she Tang, akan tetapi tidak ada nelayan berani mencoba mendekati pulau itu, karena hartawan itu terkenal memiliki banyak anak buah yang galak dan kejam, juga mereka itu terkenal sebagai orang-orang yang pandai ilmu silat, terutama sekali ilmu dalam air. Karena daerah ini jarang didatangi para nelayan, maka perairan di dekat pulau mengandung banyak ikan.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang