Jilid 105

1.1K 22 0
                                    

Ternyata banyak pula yang menyambutnya dengan sorakan. Bukan hanya dari para kuli pelabuhan yang semua berpihak kepadanya, akan tetapi juga ada beberapa prajurit bule yang berpihak kepadanya, mungkin karena pendekar ini adalah suami Sheila, atau mungkin karena mereka memang merasa tidak suka kepada Koan Jit. Kemunculan Seng Bu sama sekali tidak mengesankan, seorang pemuda bertubuh tegap yang amat sederhana, seperti seorang petani saja, berbeda dengan Koan Jit yang berpakaian indah.

Dua orang jagoan itu kini saling berhadapan. Lingkaran itu cukup luas, garis tengahnya tidak kurang dan limabelas meter, cukup untuk suatu perkelahian yang bagaimana dasyatpun. Karena maklum bahwa lawannya adalah seorang ahli silat dan satu sumber, maka diapun tahu bahwa ilmu-ilmu silat yang dipelajaninya dari Thian-tok, tentu semua dikenal baik oleh Koan Jit, bahkan mungkin dia masih kalah matang dalam latihan, mengingat bahwa usia Koan Jit dua kali usianya. Akan tetapi dia memiliki ilmu silat andalan yang dilatihnya dengan baik dan gurunya, yaitu Ilmu Silat Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat.

Ilmu silat yang berdasarkan Ngo-heng (Lima Unsur) ini memang lihai sekali dan memiliki banyak sekali perubahan-perubahan sesuai dengan kedudukan lima unsur. Bisa panas dasyat seperti api, bisa juga lunak dan dalam seperti air, bisa pula keras dan kuat seperti logam, atau bisa lentur seperti kayu, juga dapat cepat dan halus seperti angin.

Karena maklum akan kelihaian lawan, maka Seng Bu segera memasang kuda-kuda dengan kedua kaki berdiri tegak, tangan kiri ke atas dan tangan kanan ke bawah, lutut agak ditekuk. Kuda-kuda ini mengandung dua unsur Angin dan Logam, dapat bergerak cepat sekali dan juga dapat melancarkan pukulan dahsyat dan bawah. Tentu saja dalam pemasangan kuda-kuda ini, dia sudah mengumpulkan tenaga sin-kang di seluruh tubuh, terutama di kedua lengannya.

Melihat pemasangan kuda-kuda ini, Koan Jit yang sombong tersenyum mengejek. Dia dapat menduga bahwa tentu lawannya memainkan ilmu yang baru dan suhunya yang belum sempat dipelajarinya, akan tetapi karena sejak kecil dia murid Thian-tok, tentu saja dia mengenal sumbernya yang khas dari Thian-tok.

Dia sendiri, selain ilmu-ilmu dan Thian-tok, juga sudah mempelajari banyak sekali ilmu silat yang aneh-aneh, yang membuatnya menjadi lihai bukan main, terutama sekali dia amat hebat dalam gin-kang (ilmu meringankan tubuh) yang membuat tubuhnya seperti dapat terbang saja. Maka, diapun ingin merobohkan lawan mengandalkan gin-kangnya.

"Hyaaaattt!"

Tiba-tiba Koan Jit mengeluarkan seruan melengking nyaring. Inilah semacam Sin-houw Ho-kang (Auman Harimau Sakti). Getaran suara ini membuat banyak orang menjadi pening dan cepat menutupi telinga dengan tangan. Akan tatapi karena gerengan itu ditujukan kepada Seng Bu, tentu saja yang paling merasakan daya serangannya adalah orang muda ini. Akan tetapi, diapun sudah mempelajari Sin-houw Ho-kang ini dari Thian-tok, maka dengan pengerahan sin-kang, dia mampu menahan diri dan menolak getaran yang mengguncang jantung memekakkan telinga itu.

Tubuh Koan Jit sudah berkelebat lenyap dan tahu-tahu tubuh itu sudah meloncat tinggi ke atas seperti seekor burung garuda dan menyambar turun menyerang ke arah Seng Bu dengan kedua tangan membentuk cakar yang mencengkeram ke arah ubun-ubun kepala Seng Bu.

Akan tetapi Seng Bu sudah siap siaga dengan kuda-kudanya tadi. Dengan gerakan kaki melangkah, ke belakang lalu memutar tubuh, dia mampu menghindarkan diri dan serangan kilat itu. Selagi tubuh lawan turun ke atas tanah, dia sudah membalas dengan serangan Hut-ciang-liap-bhok (Tangan Api Mengejar Kayu). Kedua tangannya itu dengan beruntun menghantam dengan telapak tangan terbuka, bertubi-tubi, dan kedua telapak tangannya itu keluar hawa panas yang dahsyat!

"Hemmm.......!"

Koan Jit meloncat ke samping untuk menghindar sambil menangkis dari samping. Seruannya itu terdengar seperti orang mencemoohkan, akan tetapi sebenarnya seruan itu adalah seruan kaget. Tak disangkanya ilmu baru dari sutenya itu sedemikian lihainya.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang