Jilid 137

1.1K 19 0
                                    

Tentu saja Kui Eng dan Diana merasa girang dan lega bukan main melihat pemuda itu sembuh, walaupun karena malu mereka tidak mengeluarkan kata-kata apapun. Sementara itu, Ci Kong teringat dan biarpun dia masih bingung mengapa tiga orang gadis itu tahu-tahu berada di situ, dia lalu cepat memberi hormat kepada Thian-tok.

"Terima kasih atas budi pertolongan locianpwe."

"Ha-ha-ha-ha!"

Kakek yang bentuk tubuhnya mirip Siauw-bin-hud itu tiba-tiba tertawa bergelak dan diapun sudah meloncat bangun, berdiri dengan perut bergoyang-goyang karena dia tertawa itu.

"Kaukira aku begitu baik hati untuk menyembuhkanmu begitu saja? Tapi kita hidup harus tolong-menolong dan bantu-membantu. Nah, setelah aku mengobatimu, sekarang kalian bertiga, murid-murid Tee-tok, San-tok dan Siauw-lim-pai harus membantuku."

Mereka saling pandang dan merasa heran, dan Ci Kong lalu menjawab.

"Bantuan apakah yang dapat kami lakukan untuk locianpwe?"

"Ha-ha, banyak, banyak! Kalian tentu sudah mendengar pula dan bahkan mengetahui dengan jelas bahwa pedang Giok-liong-kiam yang berada di tangan Koan Jit si jahanam itu ternyata palsu. Nah, kalian ceritakan sekarang tentang pedang Giok-liong-kiam yang aseli."

Tentu saja Lian Hong tidak mau menceritakan, juga Kui Eng tidak mau. Mereka tahu bahwa Thian-tok, biarpun merupakan rekan dari guru-guru mereka, tidak dapat disamakan dengan Hai-tok, Tee-tok, dan San-tok. Tiga orang di antara Empat Racun Dunia ini telah sepakat untuk membanting arah kehidupan mereka untuk membantu perjuangan menyelamatkan tanah air dan bangsa dari cengkeraman penjajah, sebaliknya Thian-tok memiliki jalan hidup sendiri yang hanya memikirkan perampasan Giok-liong-kiam demi diri sendiri.

Adapun Ci Kong, belum pernah mendengar tentang hasil usaha Lian Hong mencari pusaka yang aseli, walaupun dia maklum bahwa pusaka yang mengandung rahasia tentang Giok-liong-kiam aseli, telah berada di tangan San-tok. Akan tetapi diapun tahu siapa adanya Thian-tok, yang pernah mengotorkan dan menodai nama Siauw-bin-hud, maka diapun tidak sudi untuk menceritakan sesuatu, walaupun baru saja Thian-tok menyelamatkan nyawanya. Thian-tok tadi menolongnya bukan karena dorongan hati yang iba, melainkan dengan pamrih untuk memeras keterangan tentang Giok-liong-kiam darinya.

"Aku tidak tahu," kata Lian Hong mendahului teman-temannya.

"Akupun tidak tahu tentang Giok-liong-kiam!" kata Kui Eng.

"Sayang akupun tidak dapat menceritakan apa-apa kepadamu, locianpwe," kata pula Ci Kong, diam-diam setuju sekali akan sikap dua orang gadis itu. Menceritakan kepada kakek itu tentang apa yang mereka ketahui, tentang Giok-liong-kiam, hanya akan mendatangkan keributan saja dan kakek ini dapat menjadi penghalang besar dari usaha mereka mencari pusaka yang akan membiayai perjuangan.

"Heh-heh-heh, kiranya engkau hanya seorang muda yang tidak mengetahui budi. Kalian bertiga, berempat dengan gadis bule itu, akan kubunuh semua kalau tidak mau memberi pengakuan sejujurnya tentang Giok-liong-kiam! Hayo, kalian pilih, ceritakan tentang pusaka itu atau kalian mampus semua?"

Sepasang mata Thian-tok mencorong kini, penuh nafsu membunuh. Tiga orang muda itu sudah siap siaga, berdiri dengan penuh kewaspadaan menghadapi kakek itu.

Lian Hong mendorong Diana agar mundur, dan Diana yang tahu diri maklum akan isyarat sucinya, lalu dara itupun mundur dan berlindung di balik batang pohon besar.

"Locianpwe, kami bertiga tidak dapat bercerita apapun tentang Giok-liong-kiam!" kata Lian Hong dengan lantang, mewakili dua orang kawannya.

"Kalau locianpwe hendak memaksa dan membunuh kami, terpaksa kami akan melawan dan membela diri!"

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang