Jilid 143

1.1K 23 0
                                    

"Aih, benarkah engkau berhasil, enci Eng? Apa yang diceritakannya?"

Kui Eng lalu menceritakan tentang segala yang didengarnya dan Song Kim.

Lian Hong terkejut bukan main mendengar bahwa pemerintah sengaja hendak membiarkan Empat Racun Dunia menemukan harta karun, baru akan disergap.

"Aih. kalau begitu....... aku harus cepat-cepat memberitahukan suhu!"

"Tenanglah, Hong-moi. Tadinya ukupun terkejut dan berpikir seperti engkau. Akan tetapi, kukira tidak perlu tergesa-gesa. Andaikata benar dia mengirim mata-mata untuk menyelidiki dan mengamati semua gerak-gerik guru-guru kita, akan tetapi siapakah yang akan mampu membayangi gurumu, guruku, dan juga locianpwe Hai-tok?

"Aku tidak percaya akan ada yang mampu membayangi dan mengikuti mereka tanpa mereka ketahui. Sebaiknya kalau kita menanti sampai besok malam. Siapa tahu besok malam kita akan mendengar hal-hal penting lain lagi."

Ci Kong mengangguk-angguk.

"Kui Eng benar. Memang perjalanan tiga orang locianpwe itu tak mungkin dapat dibayangi orang tanpa mereka tahu. Agaknya pemerintah belum tahu bahwa rahasia itu sudah berada di tangan ketiga locianpwe yang sekarang sedang mencarinya."

"Akan tetapi engkau jangan seperti yang sudah-sudah, memperlihatkan muka marah terhadap Lee Song Kim!" kata Lian Hong.

"Habis, aku benci sekali melihat tampangnya!" kata Ci Kong sebal.

"Aih, kalau engkau bersikap seperti itu, apa artinya kita bertiga susah-susah melakukan penyamaran?" Kui Eng mencela.

"Kita harus dapat bersikap cerdik dan menahan emosi, Ci Kong. Kaukira bagianku ini ringan dan mudah? Huh, kau tidak tahu betapa muaknya aku duduk di dekatnya, dan hidungku penuh dengan bau wangi-wangi itu. Rasanya ingin muntah saja!"

Mendengar ini, Lian Hong tertawa dan Ci Kong juga tertawa.

"Baik, maafkanlah aku, Kui Eng. Biar aku mengaku bahwa dalam penyamaran ini, engkaulah yang paling berhasil, dan engkaulah yang paling berjasa." Ci Kong menjura.

"Cih, siapa minta dipuji!" Kui Eng mendengus dengan sikap manja dan kembali Lian Hong tertawa.

Diam-diam Lian Hong menduga-duga, apakah di antara kedua orang muda ini terdapat jalinan cinta kasih di luar kesadaran mereka. Ia sendiri merasa kagum dan suka kepada Ci Kong. Akan tetapi cinta? Ia sendiri tidak tahu, karena ia tidak mengerti bagaimana sesungguhnya cinta itu.

<>

Malam itu, di taman bunga di belakang gedung Lee Song Kim, sudah dihias dengan meriah. Lampu-lampu gantung dipasang di pohon-pohon dan di tiang-tiang sehingga suasana dalam taman itu cukup terang dan amat indah. Meja-meja diatur di antara rumpun-rumpun bunga, dan tamu yang jumlahnya kurang lebih duapuluh lima orang sudah menuju meja-meja yang diatur dengan nilai seni yang tinggi di antara bunga-bunga yang harum.

Song Kim memang sengaja menjamu para rekan dan pembantunya sambil mengumpulkan laporan mereka, dan tentu saja karena diapun ingin menyenangkan kakak beradik Liem yang baru dikenalnya itu. Ketika Lian Hong, Kui Eng dan Ci Kong muncul, dia sendiri yang menyambut tamu baru ini dan mengantar mereka ke sebuah meja yang memang sudah sejak sore tadi dia persiapkan untuk Kui Eng dan kakaknya. Bahkan untuk Ci Kong disediakan sebuah bangku yang ditaruh tidak terlalu jauh dari meja itu.

Serombongan pemain musik berikut penyanyi-penyanyinya memeriahkan suasana dalam pesta kecil itu. Dan keramaian ini, tak dapat dicegah lagi mengundang kerumunan banyak penonton di luar pagar taman.

Mereka adalah penduduk di sekitarnya yang ingin nonton keramaian, mendengarkan musik dan nyanyian. Penjaga-penjaga yang berjaga di luar taman mencegah mereka mendesak terlalu dekat pagar dan mengamati mereka agar jangan ada yang mengadakan kekacauan mengganggu pesta Lee-ciangkun.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang