Jilid 113

1.1K 18 0
                                    

"Kepanikan di sana tentu akan memaksa Koan Jit berusaha untuk menyelamatkan dan menyingkirkan Giok-liong-kiam. Bagaimana pendapat suhu dengan siasat itu?

"Ha-ha-ha-ha, tadinya kukira bahwa hanya Koan Jit muridku yang paling hebat. Tidak tahunya engkau, malah melebihi dia, Siu Coan. Ah, aku tidak menyesal melihat wahyu itu dan mengambil keputusan untuk membantumu, muridku.

"Siasat itu bagus sekali dan cepat kerjakan. Aku sudah tidak sabar lagi untuk menanti lebih lama lagi. Aku ingin merampas Giok-liong-kiam dari tangan Koan Jit, juga ingin merampas nyawanya sekali!"

Siu Coan segera mempersiapkan rencananya. Dia menghubungi bekas anak buahnya, dan ternyata memang banyak sekali anak buah Thian-te-pang yang masih setia kepadanya, terutama mereka yang sudah memeluk Agama Kristen baru yang dipropagandakan oleh Siu Coan. Tidak kurang dari duaratus limapuluh orang dapat dia kumpulkan dengan rahasia, dan mereka itu rata-rata memiliki ilmu silat yang lumayan.

Rencana diatur masak-masak, dan setelah dipilih malam yang baik, Siu Coan dan Thian-tok lalu menyelundup ke dalam markas Harimau Terbang. Hal ini tidak begitu sukar dilakukan karena mereka berdua memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.

Menjelang tengah malam, dua bayangan berkelebat di dalam markas Harimau Terbang yang sama sekali tidak pernah menyangka bahwa di dalam markas itu ada dua orang lihai yang menyelundup, juga sama sekali tidak tahu bahwa markas mereka yang tidak berapa besar itu telah dikepung oleh hampir tigaratus orang anak buah Siu Coan.

Siu Coan dan Thian-tok sendiri sudah mengetahui letak kamar Koan Jit, akan tetapi mereka tidak berani sembrono memperlihatkan diri, hanya mengintai saja dari tempat gelap untuk nanti melihat reaksi dari gerakan Koan Jit kalau penyerbuan dimulai. Setelah saat yang ditentukan tiba, guru dan murid itu berpencar dan tak lama kemudian nampak api bernyala besar sekali di ujung barat dan di sebelah timur depan.

Tentu saja Siu Coan dan gurunya yang membakar gudang ransum dari gardu itu setelah menyiram tempat itu dengan minyak yang mereka ambil dari lampu-lampu gantung. Nyala api itulah yang menjadi tanda bagi pasukan anak buah Siu Coan untuk menyerang.

"Kebakaran! Kebakaran!"

Orang-orang di dalam markas itu berteriak-teriak dan suasana menjadi panik ketika mereka lari berserabutan untuk membantu memadamkan api. Ada yang masih setengah telanjang karena terbangun dari tidur.

Koan Jit sendiri meloncat dan keluar kamar setelah mengenakan sepatu dan pakaiannya. Akan tetapi pada saat itu, orang-orang berteriak karena datang luncuran anak-anak panah dari empat penjuru memasuki markas itu.

"Api....... api harus dipadamkan dulu!"

Suasana menjadi semakin ribut, apalagi ketika kini pasukan anak buah Siu Coan datang menyerbu. Pintu markas jebol dan banyak pula anak buah Siu Coan yang berlompatan dari atas tembok. Terjadilah pertempuran mati-matian di malam buta itu.

Melihat ini, tentu saja Koan Jit menjadi terkejut bukan main, ia tahu bahwa yang menyerbu tentulah para pejuang. Kalau bukan, siapa lagi yang berani menyerbu markas Harimau Terbang?

Dia segera teringat akan pusaka-pusakanya. Musuh menyerang dengan panah-panah berapi, dan ada sebagian bangunan yang sudah menjadi lautan api di samping gudang dan gardu yang kebakaran tadi.

Tepat seperti yang sudah diduga oleh Siu Coan, Koan Jit tentu saja sayang kepada pusaka-pusakanya, terutama Giok-liong-kiam. Dan tepat pula seperti yang telah diduga oleh Siu Coan, selama ini Koan Jit dengan sia-sia mencoba untuk mencari tahu akan rahasia Giok-liong-kiam, mencari rahasia harta karun yang kabarnya disimpan di dalam pedang pusaka itu.

Siu Coan dan Thian-tok sudah waspada. Sejak tadi mereka memang sudah mengintai dan mengamati gerak-gerik Koan Jit. Ketika melihat Koan Jit tidak cepat mengatur barisannya atau memimpin pemadaman api melainkan lari ke arah belakang markas, keduanya lalu cepat menyelinap dan membayangi. Ternyata Koan Jit memasuki sebuah gudang bahan bangunan yang agaknya sudah tidak terpakai dan pintunya yang tebal itu digembok.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang