Jilid 23

2.3K 44 0
                                    

Ci Kong menambah kalimatnya karena anak yang cerdik ini maklum bahwa susiok-couwnya tidak mungkin menyuruhnya berterima kasih kalau tidak ada sesuatu yang menguntungkan dirinya. Karena itulah, di samping menghaturkan terima kasih, sekalian dia minta maaf mengingat betapa tadi dia bersikap lancang dan berani memukul perut kakek itu.

Melihat betapa pemuda cilik itu telah memberi hormat sambil berterima kasih kepada kakek angkatnya, Lian Hong juga memaksa dirinya menjura kepada Siauw-bin-hud, akan tetapi suaranya masih terdengar ketus ketika berkata.

"Locianpwe, saya menghaturkan terima kasih."

Hanya dua orang kakek itu yang tahu akan perbuatan masing-masing. Siauw-bin-hud tadi dengan cepat mengetahui bahwa biarpun kulit tubuh cucu muridnya kehijauan, namun keracunan itu bukan membahayakan. Sebaliknya malah, kakek kurus yang dijuluki Racun Gunung itu telah mengoperkan tenaga sin-kang yang hebat kepada Ci Kong, melalui tangan pemuda itu yang tadi menempel di perutnya.

Tahulah dia bahwa San-tok juga merasa kagum kepada Ci Kong dan telah berkenan menghadiahi anak itu. Hal ini saja membuktikan bahwa San-tok kini telah memiliki kasih sayang di dalam hatinya, dan juga perbuatan itu menunjukkan iktikad baik terhadap Siauw-lim-pai. Oleh karena itulah, begitu melihat kesempatan terbuka ketika Lian Hong memukulnya, diapun membalas dengan mengoperkan tenaga sakti ke dalam tubuh anak perempuan itu yang dia tahu juga memiliki bakat yang baik sekali.

"Bagus begitu, Hong Hong. Mari kita pergi dari sini. Siauw-bin-hud, enam tahun lagi aku datang menagih janji!" kata San-tok sambil menggandeng tangan Lian Hong, dan merekapun pergi dari tempat itu tanpa menoleh lagi.

Sunyi kembali depan kuil itu setelah semua tamu yang aneh itu pergi.

Seperti tidak pernah terjadi sesuatu, para hwesio lalu kembali melakukan tugas harian mereka masing-masing, akan tetapi semua peristiwa yang terjadi pagi tadi sungguh akan melekat di dalam hati mereka dan sampai lama akan menjadi bahan percakapan mereka di waktu sebelum tidur.

Siauw-bin-hud lalu mengumpulkan keempat orang pimpinan Siauw-lim-si, juga Nam San Losu, Nam Thi Hwesio, dan Ci Kong diajak masuk ke dalam ruangan belakang dimana kakek gendut itu bicara dengan suara sungguh-sungguh walaupun sikapnya masih ramah dan senyumnya tak pernah meninggalkan wajahnya yang bulat.

"Kalian semua tentu tahu bahwa munculnya urusan Giok-liong-kiam ini mengikatkan pinceng pada sebuah tugas, hal yang sama sekali tak pernah pinceng duga-duga. Akan tetapi, segala sesuatu memang sudah digariskan dan kita hanya tinggal melaksanakannya saja. Ada orang mempergunakan nama pinceng untuk merampas pusaka itu.

"Jelaslah bahwa maksudnya, selain mengalihkan perhatian agar dia dapat menyimpan pusaka itu dengan aman, juga dia meminjam nama Siauw-lim-pai dengan maksud mencari keamanan dan juga mungkin saja untuk mengadu domba. Nah, tidak ada lain pilihan lagi, pinceng sendiri harus pergi mencari benda yang menimbulkan keributan itu."

"Maaf, susiok. Apakah tidak lebih baik kalau susiok mengutus murid-murid saja untuk melakukan penyelidikan, mencari dan merampas kembali pusaka itu?"

Siauw-bin-hud tersenyum, akan tetapi menggelengkan kepalanya.

"Pinceng dapat menduga bahwa orang yang merampas pedang itu tentu seorang yang lihai sekali. Buktinya, orang-orang pandai seperti San-tok dan Hai-tok saja tidak mampu mencarinya dan dapat ditipu sehingga mereka mencari ke sini.

"Tidak, harus pinceng sendiri yang mencarinya. Bukankah dia memakai nama pinceng untuk perbuatannya itu? Pinceng sendiri yang akan pergi, dan pinceng hanya minta ditemani oleh Ci Kong ini saja."

Nam San Losu terkejut, akan tetapi juga girang. Hal itu berarti bahwa muridnya itu akan memperoleh kemajuan yang luar biasa. Di bawah bimbingan susioknya sendiri yang demikian sakti!

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang