Jilid 72

1.3K 22 0
                                    

"Sialan! Dan aku tidak punya sepatu lain, juga semua buntalan pakaianku lenyap. Gara-gara si keparat jahanam itu! Hemm, siapa dia? Tahukah engkau?"

Ci Kong menggeleng kepala.

"Aku tidak tahu, nona."

"Ci Kong, apa maksudmu dengan nona-nonaan? Kau bukan anak buah ayahku. Kalau anak buah ayahku harus menyebut Siocia, akan tetapi kau bukan, maka kau tidak boleh menyebut nona-nona segala, membuat aku merasa canggung. Namaku Kiki, lupakah kau?"

Ci Kong gelagapan. Belum pernah selamanya dia berdekatan dengan wanita, dan sekali berdekatan, dia bertemu dengan seorang gadis yang begini aneh luar biasa.

"Baiklah, ki....... eh....... Tang Ki....... eh......."

"Kiki!"

"Oya, Kiki."

"Kau tidak mengenal orang itu? Bagaimana rupanya? Engkau tadi berkelahi dengan dia, tentu engkau tahu bagaimana rupa orang itu. Aku hendak mencarinya dan kalau dapat kutemukan, akan kurobek-robek mulutnya sampai hancur lebur, akan kucabut hidungnya dan kuberikan kepada burung gagak, kulumatkan kepalanya....... ku......."

"Aku tidak dapat melihat mukanya, non....... eh, Kiki. Cuaca amat gelap," potong Ci Kong yang merasa ngeri mendengar ancaman-ancaman sadis itu.

"Sayang sekali! Tapi tentu engkau dapat mengenal bagaimana bentuk tubuhnya, apa pakaiannya dan bagaimana ciri-cirinya!"

Tiba-tiba gadis itu menghentakkan kakinya ke atas pasir.

"Hayaaa, kiranya engkau ini orang bodoh sekali, Ci Kong!"

Ci Kong terkejut lagi, tidak mengerti mengapa gadis itu tiba-tiba memakinya bodoh.

"Aku....... bodoh.......?"

"Ya, bodoh sekali. Engkau hanya bilang tidak tahu, tidak tahu, kau bodoh sekali, dan aku paling benci sama orang bodoh!"

Ci Kong menghela napas panjang.

"Apa boleh buat, memang aku bodoh. Akan tetapi kalau engkau merasa dingin dan perlu mengganti pakaianmu untuk sementara agar engkau dapat menjahit bagian yang robek dan dapat mencuci bersih lalu menjemurnya, aku masih mempunyai bekal pakaian untuk sementara kaupakai."

Berkata demikian, Ci Kong lalu mengambil buntalan pakaiannya yang disimpan tak jauh dari situ. Wajah Kiki nampak berseri gembira.

"Ah, bagus sekali, Ci Kong. Memang pakaianku ini perlu dicuci, dijemur dan dijahit. Wah, pakaianmu semua begini sederhana, seperti pakaian petani gunung. Pantasnya engkau dahulu menjadi hwesio Siauw-lim-si saja," kata Kiki sambil memilih-milih satu stel pakaian.

Ci Kong tersenyum. Dalam keadaan biasa seperti itu, harus diakuinya bahwa Kiki merupakan seorang gadis yang lincah jenaka dan gembira.

"Memang aku nyaris menjadi hwesio, Kiki. Nah, kauganti pakaianmu, biar aku bersembunyi dulu......."

Pemuda itu hendak melangkah pergi.

"Jangan pergi!" tiba-tiba Kiki membentak.

"Kaukira aku dapat kautipu? Nah, berdiri saja di situ, akan tetapi engkau harus membelakangi aku. Awas, jangan berbalik sebelum aku mengatakan selesai!"

Ci Kong tertegun, akan tetapi menahan senyum dan berdiri di tempatnya dan membalikkan punggung membelakangi gadis aneh itu. Kiki lalu menanggalkan semua pakaiannya yang basah kuyup, terus mengintai ke arah Ci Kong tanpa kedip, dan tergesa-gesa mengenakan pakaian Ci Kong yang sederhana itu. Tentu saja terlalu besar dan kedodoran, akan tetapi bagaimanapun juga, pakaian itu menutupi seluruh tubuhnya dan ia merasa hangat oleh pakaian kering itu.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang