"Eh, tapi bener kan, To! Si Julian tuh gak punya pacar?" tanya Arsen pada Nanto.
"Iye! Lagian, mana ada sih yang mau sama cowok dingin, gitu?" tanya Nanto balik.
"Tapi kan Julian ganteng!" puji Arsen.
"Ganteng tapi batu, buat apa?" tanya Nanto.
"Duh... gimana ya, caranya bikin dia meleleh dan naksir sama gue???" ujar Arsen, bingung.
"Dih?" Nanto bergidik geli, "Eh, Sen! Kalau dia juga humu, dan dia gak suka sama lu, itu aja udah sukur! Tapi kalau ternyata dianya juga bukan gay, gimana??"
Arsen menatap langit-langit seketika. "Mmm... dia udah pernah pacaran belum?"
"Belum!"
"Nah! Itu tuh, kesempatan gue untuk masuk, dan bikin dia klepek-klepek sama gue! Gue akan bikin dia suka sama gue! Titik!" jelas Arsen, bersemangat.
"Emang udah gila nih anak!" ujar Nanto, "Tiati lu!! Terlalu menaruh harapan, pas gak kesampean, jatohnya sakit! Si Gajul itu straight abis!"
"Pokoknya gue akan berjuang demi cinta gue ke Julian. Titik!" tegas Arsen. "Sampe... serial Uttaran nongol lagi di TV!"
Nanto menatap geli pada Arsen. "Demi Dewaaaa!!!"
~
Sepulang sekolah, Arsen pun tengah duduk di depan kap mobilnya. Dia tengah menunggu Julian untuk melewati jalan keluar. Sudah hampir setengah jam, Arsen menunggu Julian, namun tetap tidak muncul juga batang hidung si ganteng itu.
Namun sesaat kemudian, Arsen malah bertemu Randai yang sedang berjalan melewati jalanan di depan parkiran mobil tersebut. "Arsen..."
"Eh, kak Randai"
"Kok belum pulang? Lagi nunggu siapa?" tanya Randai.
"Saya lagi nunggu Julian, kak. Kak Randai kenal gak sama dia? Julian Januar?" tanya Arsen.
"Ooh, Julian! Ada di lapangan indoor biasanya. Kalau gak latihan basket, paling main basket!" ujar Randai.
"Ooohh... kok kak Randai bisa tau?" tanya Arsen.
"Iya, soalnya temen sekelasku kan asisten pelatih mereka. Udah rutin mereka tiap hari senin, Sen!" jelas Randai.
"Oh, iya kak. Makasih banyak ya, kak Randai"
"Sama-sama, saya duluan ya" pamit Randai.
"Iya, kak. Ati-ati ketemu Nanto, kak!"
Randai tersenyum dan geleng-geleng, lalu kembali melangkah menuju gerbang sekolah.
"Duuhh... kak Randai! Ngegemesin banget sih!" ujar Arsen, nyaris tanpa suara. Tapi setelah itu, dia geleng-geleng. "No!!! Fokus Arsen! Kejar si kulkas itu!!! Julian oh, Julian! Lapangan indoor! Gue dataaaang!!!"
Arsen berlari menghampiri lapangan indoor tersebut. Lalu matanya mengedar ke penjuru lapangan basket yang besar itu. Nyatanya benar saja, ada Julian disana. Sedang pemanasan untuk latihan.
Arsen menyengir mantap ketika mendapati sosok Julian yang memakai jersey basketnya tersebut. Terlihat otot lengan Julian yang membesar apabila lengannya tertekuk. Arsen berteriak, "Woooooooo!!!! Go Julian go!!!!"
Sejurus orang-orang yang berada di tengah lapangan itu langsung menoleh ke sumber suara yang terdengar mengganggu.
Julian memutar bola matanya sejenak. Si pengganggu itu lagi.
"Jul... itu si anak baru ngapain sih? Aneh banget!" tanya Adit.
"Tau dih, ngefans gitu ke elu kayaknya" tambah Anwar.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...