Arsen dan Julian datang ke kantor polisi untuk memenuhi undangan sebagai saksi dan juga pihak korban atas pembunuhan berencana serta pencurian hak milik seseorang.
Tangan Arsen tak mau lepas dari lengan Julian. Genggamannya erat sekali.
"Udah gausah takut ah!" ujar Julian.
"Kalo si Nopal mah, Arsen biasa aja, Bang. Tapi kalo Caleb..."
"Udah gausah takut sama dia mah! Kan ada gue!" tekan Julian.
Arsen pun mengangguk.
Sejurus Arsen dan Julian berdiri di depan pintu ruangan, yang dari luar jendela dapat terlihat ruangan itu besar dan terang serta tanpa benda apapun. Di dalamnya sudah ada Naufal, Caleb, Herman dan juga Robert, aerta di temani oleh tiga orang polisi yang menjaga dan bersenjata, membuat Arsen dan Julian merasa aman-aman saja.
"Selama siang, Tuan Arsen!" sapa polisi yang mengenal Arsen dan keluarganya. Namanya Bripka Farrel Arditakwa.
Arsen tersenyum seketika, "Kan udah dibilangin dari waktu itu, panggil Arsen aja, gausah Tuan-Tuanan!" jawab Arsen.
"Siap, laksanakan!" hormat Bripka Farrel.
"Gak gitu juga dong, Paaak!" ujar Arsen lagi.
Bripka Farrel dan Arsen turut tertawa seketika. Julian sedikit tidak menyukai tawa Farrel yang terkesan berlebihan pada Arsen.
"Bapak gimana?" tanya Farrel pada Arsen lagi.
"Oh, baik! Alhamdulillah. Saya juga udah sampaikan salam Pak Farrel ke Daddy saya!" jawab Arsen.
"Terima kasih" jawab Farrel.
"Pak, ini kita udah bisa masuk ke dalem kan???" cetus Julian seketika.
"Oh, boleh boleh. Maaf membuat menunggu. Mari, silahkan" Farrel membuka pintu dan mempersilahkan. Seiring Arsen dan Julian pun masuk ke dalam ruangan tersebut, dan spontan di tatap langsung oleh Naufal, Caleb, Herman dan juga Robert.
"Arsen... Julian..." sapa Naufal.
"Hai, Pal!" balas Arjul.
Robert berdiri dan membukakan kursi untuk Arsen dan Julian.
"Makasih, Bet..." ujar Arsen.
"Makasih Mas Robert" ujar Julian.
Robert tersenyum menganggukan kepalanya. Sementara pada kepala meja terdapat satu polisi senior yang mengatasi kasus ini.
"Pak..." sapa Arjul pada kepala polisi tersebut.
"Baiklah, langsung saja saya mulai... selamat sore semuanya"
"Sore, Pak" jawab pelan seisi ruangan.
"Nama saya Rudi Hartanto, selaku kepala polisi yang akan mengatasi kasus yang telah di laporkan oleh saudara Julian pada terlapor yang bernama Caleb Kurniawan"
Caleb menatap tajam wajah Arsen dengan penuh kebencian.
Arsen hanya menundukan kepalanya, sedangkan Julian turut memegangi tangan Arsen dengan kuat untuk menenangkannya.
"Jadi menurut bukti-bukti yang ada beserta merta dengan saksi yang sekarang hadir, saudara Caleb-lah nantinya yang akan dikenakan hukuman paling berat, karena telah menjadi dalang dibalik kasus ini"
Julian pun bersuara, "Oh harus, Pak! Dia sudah melenyapkan nyawa Ibu saya!"
"Iya, tenang saudara Julian" jawab Pak Rudi. Kemudian dia melanjutkan lagi, "Dan untuk terlapor saudara Naufal. Akan ada kemungkinan hukumannya paling ringan, atau mungkin lembaga pembinaan anak, karena ia masih di bawah delapan belas tahun" jelas Pak Rudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Ficção AdolescenteWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...