Chapter 44

3.1K 313 31
                                    

"Daddy gak pulang lagi ke rumah?" tanya Arsen pada Salamah, kepala asisten rumah tangga di rumah Arsen.

Robert di belakang Arsen geleng-geleng ke arah Salamah sambil memainkan tangannya di dekat batang lehernya.

Arsen yang tak melihat ke arah belakangnya sedari tadi itu langsung mencetus tiba-tiba, "Robert gak usah ngajarin Salamah yang enggak-enggak!"

Robert melotot dan tertegun. Dia menelan ludahnya ketika Arsen bisa tahu gerak-geriknya walau tidak melihatnya. "I-iya, Tuan. Maaf!"

"Tuan Besar katanya mau lembur di kantornya, Tuan Muda" ujar Salamah.

"Oke!" ujar Arsen, sekenanya saja. Lalu dia menghampiri kamarnya yang begitu luas dibandingkan kamar apartemennya. Dia pun menjatuhkan dirinya di kamarnya. Lalu dia pun menyalakan ponselnya dan masuk ke menu Instagram tanpa menggubris beberapa pesan chat masuk yang menumpuk di menu Whatsapp-nya.

Arsen pun mengarahkan jemarinya ke arah arsip story-nya di Instagram tersebut. Dilihatnya beberapa hari terakhir, kebersamaannya dengan Julian. Dia menangis seketika. Dia begitu kecewa terhadap orang yang sangat dicintainya itu, kini telah memiliki kekasih. Sungguh hatinya terluka. Kejadian ini persis seperti kejadian sebulan lalu. Saat ia masih di SMA Pribahasa.

Robert berdiri di dekat kasur besar Arsen sambil memegang kedua tangannya siap. Namun raut wajahnya terlihat muram melihat Tuannya sendu seperti ini. "Mohon maaf, Tuan. Saya hanya ingin bilang, apapun yang terjadi malam ini, tolong jangan terlalu Tuan pikirkan dengan berat. Nanti Tuan bisa sakit!"

Arsen mengisakkan tangisnya, "Lu gak akan ngerti, Bert! Lu gak ada di posisi gue!"

"Saya bisa mengerti rasanya jadi Tuan Muda sekarang. Mencintai orang yang tak pernah mencintai kita balik, memanglah sakit, Tuan. Tapi Tuan harus tegar. Harus kuat. Harus menerima kenyataan ini, walaupun pahit. Demi diri Tuan Muda sendiri"

Arsen mengisak air matanya lagi, "Ini udah kedua kalinya gue ngerasain sakit kayak gini, Bert! Dan kenapa harus Julian yang nyakitin gue juga?"

Robert tertegun sejenak. Dia menundukkan kepalanya. "Itu artinya masih ada orang lain di luar sana yang sayang juga sama Tuan Muda. Dan Tuhan ingin Tuan bisa menemukan orang itu. Walaupun orang itu bukan Mas Julian, Tuan"

"AAAARRGHHHH!!!" Arsen melempar ponselnya ke luar jendela kamarnya. Ponsel Arsen sukses tenggelam di dalam kolam renang.

Robert semakin terbata menghadapi Tuannya. "Sabar, Tuan... Tuan harus kuat..."

Arsen hanya menutup kepalanya dengan bantal. Dia tidak ingin tangisnya dilihat oleh siapapun. Bahkan Robert.

~

Julian pagi-pagi sekali sudah siap datang ke sekolah. Tujuannya bukan untuk mengerjakan tugas yang belum selesai ataupun piket kebersihan kelas. Melainkan dia tak sabar ingin menemui Arsen.

Julian menunggu di depan gerbang dekat pos satpam. Pak Slamet yang sedang menyantap nasi uduk dan teh manisnya pun turut menggoda Julian.

"Bang Yayan!" panggil Pak Slamet.

Julian menoleh ke belakangnya.

Pak Slamet tersenyum nyengir seketika. "Hehehe... nungguin ya?"

Julian memutar bola matanya. "Arsen udah dateng belum?"

"Hehehe... dari tadi saya jaga disini, yang baru dateng sepagi dan serajin gini, baru Bang Yayan atuuuh!" ujar Pak Slamet.

Julian berdecak, "Makasih. Tapi bisa gak, jangan panggil saya Bang Yayan?"

"Loh, emangnya kenapa atuh?"

"Yang boleh panggil saya dengan sebutan itu cuma satu orang aja! Dan itu bukan Pak Slamet! Ngerti, Pak?!" cetus Julian.

STUCK ON YOU (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang