Kemanapun angin berhembus,
S'lalu terdengar lirih suaramu,
Betapa sedih hatiku,
harus kehilanganmu...Baik Julian, Nanto dan Robert, bahkan teman-teman di kelas hanya bisa terdiam tak bergerak setelah menyaksikan kedua kalinya Caleb membuat kacau di kelas. Baik kelas sebelas maupun kelas dua belas. Selain itu, hanya Caleb seorang diri yang tersenyum puas pada Julian.
"Saya rasa tugas saya disini sudah selesai... So... I have to go!" ujar Caleb. Dia berbalik dan menjatuhkan pandangannya pada Nanto yang matanya sudah banjir dan sembab.
Nanto bagai jijik dan muak untuk melihat lelaki bermulut tajam itu.
"Oooww... don't be so sad, honey... Ini yang terakhir, kok!" cetus Caleb pada Nanto. "Sukses ya, buat karya-karya Arsen selanjutnya..." Caleb tersenyum penuh percaya diri. Dia hendak berjalan menuju keluar kelas.
Nanto seketika memegang tangan Caleb dan menahannya untuk kembali melangkah.
Julian dan Robert, bahkan seisi kelas turut menatap Nanto yang sudah begitu tersungut. Menanti-nanti apa lagi yang akan dilakukan Nanto pada Caleb.
"Kenapa lagi??? Kamu mau pukul saya? Mau tampar saya? Go a head! Silahkan!" cetus Caleb pada Nanto.
Nanto menelan ludahnya lekat-lekat di tengah rasa sakit hati dan tangisnya untuk Arsen. Lalu kemudian dia memberanikan diri untuk berujar, "Lo tahu, Caleb... kenapa Arsen milih Julian jauh daripada lo???"
Caleb hanya mengernyitkan keningnya dengan senyuman percaya diri. Dia bersikap seolah bodo amat, tapi hatinya sangat menunggu jawaban dari Nanto.
Nanto pun melanjutkan, "Karena Arsen itu tau, mana yang harus dia cintai, dan mana yang enggak! Elo... mencintai Arsen cuma untuk kepentingan diri lo sendiri, sementara Julian enggak!!!"
Mendengar kalimat barusan, Caleb terdiam seketika. Tak bisa lagi menjawab apa-apa. Jantungnya bagai tertusuk seribu pisau yang telah di asah. Deg. Niatnya kesini untuk menghancurkan hubungan Arsen dan Julian sebelum dia pergi, nyatanya kalimat Nanto barusan sukses membuatnya ringkih dan sakit hati.
Begitu juga dengan Julian, yang hanya bisa terdiam dengan ucapan Nanto barusan, dan bergeming membeku ditempatnya.
Nanto pun turut meninggalkan kelas barunya itu dan pergi dari sekolah. Membiarkan Caleb dan juga Julian di tempatnya. Robert turut keluar dari kelas itu dan pergi mencari Arsen.
~
Robert dan Nanto berusaha menelpon-nelpon Arsen namun Arsen tak jua mengangkat telponnya. Bahkan ketika untuk ke empat kalinya mereka menelpon Arsen, telponnya pun mendadak mati dan tidak bisa lagi di hubungi. Robert dan Nanto bagai kehilangan separuh nyawanya saat Arsen hilang kabar begitu saja dan tidak mau dihubungi. Mereka yakin, hatinya pasti hancur.
Mereka berdua sudah mondar-mandir, mencari-cari Arsen ke apartemen, bahkan juga ke rumah Daddy-nya. Tapi nyatanya Arsen tidak ada disana. Apartemen itu kosong. Salamah pun mengatakan bahwa Tuan Mudanya itu tidak sempat singgah ke rumah besar walau hanya menampakkan batang hidungnya.
"Salamah, tolong kamu koordinasi seluruh ART, supir dan keamanan di rumah ini, agar tidak mengatakan apapun dulu pada Tuan Besar tentang kepergian Tuan Muda. Saya tidak mau kejadian yang lalu terulang lagi. Tuan Besar kepikiran dan jatuh sakit!" cetus Robert sembari mengingat saat Arsen pertama kali pergi dari rumah besarnya karena ulah Caleb yang berselingkuh.
"Siap, Mas Robert!"
"Ingat ya! Seluruh ART, supir dan juga keamanan! Biar nanti saya saja yang urus semua ini! Saya yang bertanggung jawab pada Tuan Muda!" ujar Robert.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Ficção AdolescenteWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...