Chapter 93

2.7K 288 106
                                    

"Mungkin lo bener... belakangan ini gue cuma fokus sama Arsen! Sampe lupa sama Nyokap gue sendiri!" cetus Julian.

"Yaaa... kalau emang gitu menurut lo sih, ya... seperti saran gue tadi... lo cuekin aja dulu si Arsen. Lu fokus buat tahlilan Nyokap lu dulu! Bantuin Ambu lo!" cetus Naufal.

Julian manggut-manggut, mengiyakan

Mantap. Rajanya udah gue kuasain. Tinggal ngancurin Ratu bencong-nya pelan-pelan. Batin Naufal.

~

Arsen masih diam di kelasnya sambil terus menoleh ke arah Julian yang juga lebih mendiamkannya. Dia sama sekali tak meluputkan pandangannya dari Bang Yayannya itu.

Julian bahkan tak sekalipun memandang ke arah Arsen. Dia hanya fokus dengan buku pelajaran kimianya.

Bang Yayaaan... kenapa sih jadi diemin Arsen gini? Lebih baik Bang Yayan ngomel-ngomel ke Arsen. Arsen terima. Daripada Bang Yayan diemin Arsen kayak gini. Arsen kangen sama Bang Yayan. Arsen menggumam dalam hati.

"Udahlah, Sen... kasih waktu dulu buat Bang Yayan lo itu nenangin diri!" ujar Adit yang duduk di belakang Arsen.

Anwar pun turut membenarkan, "Iya Tuan Muda... lagian kan baru sehari si Gajul ditinggal Mamanya pergi, pasti dia masih galau banget itu. Pikirannya juga kacau"

Arsen manggut-manggut.

"Sabar dulu ya, Tuan Muda..." Nanto turut mengelus-elus bahu Arsen dengan lembut.

Arsen mengangguk.

~

Malamnya, Julian yang duduk bersila di ruang tengahnya dan siap untuk memulai acara tahlilan tersebut, seakan ada yang mengganjal. Matanya mencari-cari. Hatinya sedikit tak tenang. Niatnya untuk menghindari, malah terkekang rindu yang mendalam.

Ambu yang juga duduk di sebelah Julian itu pun turut bertanya pada cucunya tersebut. "Lian... si Arsen teh mana??? Naha tidak datang kesini?"

Julian memberikan senyuman canggung pada Ambunya. "Lian juga gak tau, Ambu! Mungkin dia gak akan dateng!"

Ambu terlihat kecewa, "Padahal Ambu sengaja masak ayam lalapan buat tamu, karena teh, si Arsen pan juga suka sama ayam lalapan buatan Ambu.

Julian tersenyum kecil, "Udah, kita gak usah ngarepin dia ya, Ambu. Yang penting kan sekarang banyak nih orang yang dateng!"

Ambu turut pasrah mengiyakan. "Ya sudah atuh!"

Sementara sebuah mobil berhenti di kompleks perumahan Julian yang juga dipenuhi oleh mobil-mobil yang terparkir disisi jalan. Mobil-mobil itu adalah mobil dari para tamu kerabat yang hendak mendoakan Mama Julian.

Seiring Arsen hendak turun tak jauh dari rumah Julian yang mulai ramai.
"Yakin, Tuan Muda turun sini saja?" tanya Robert. Karena ia non-muslim maka dari itu ia hanya bisa mengantar lalu menjemput Arsen kembali selepas acara selesai.

"Iya gapapa. Jalan doang deket kok! Nanti jemput gue kalo gue chat ya, Bert!" pinta Arsen.

"Siap, Tuan!" ujar Robert.

Arsen pun turun dari mobilnya lalu berjalan di trotoar sempit disisi-sisi mobil-mobil itu terparkir. Sampai kemudian, langkah Arsen terhenti kala dia tak sengaja mendengar suara dua orang lelaki yang tengah bercakap-cakap.

"Bos... gimana dong? Istri saya mau melahirkan nih! Sekarang dia udah di rumah sakit! Saya mau bayar pake apa???" tanya separuh suara yang terkesan tegas.

"Loh, gimana sih? Emangnya uang yang gue kasih waktu itu gak cukup???" tanya Naufal.

"Naufal???" Arsen membelalakan matanya dan refleks menundukkan kepalanya di sisi kiri mobil. Dia mengintip dan terus berupaya mendengarkan percakapan Naufal dengan pria yang tak dikenalinya tersebut. "Sama siapa dia?"

STUCK ON YOU (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang