Chapter 95

2.6K 295 144
                                    

Robert keluar dari kamar itu sementara Arsen duduk di sofa besar di ruang tengah. Robert terlihat salah tingkah dan gelagapan kala melihat Arsen disana, sedang diam menatapnya.

"Bert..." sapa Arsen, lirih.

"Maaf, Tuan... saya tidak bisa menjemput tadi, karena saya harus jemput Tuan Besar di Airport!"

"Gue udah liat semuanya, Bert! Kenapa??? Kenapa, Bert???" tanya Arsen, masih sedikit trauma.

Seiring Robert berkaca-kaca, lalu memalingkan pandangannya dari Arsen.

"Jawab, Bert! Jangan diem aja!!!" tegas Arsen.

Robert pun turut pergi meninggalkan Arsen.

"Robert!!! Gue belum selesai ngomong!!!" teriak Arsen sambil menitihkan air matanya. Dia menghela napasnya dengan getir.

Robert terus berjalan tanpa menoleh lagi ke belakang. Ini pertama kalinya Robert mengacuhkan Arsen. Dan rasanya, amat sakit.

~

Keesokan harinya, Arsen di meja makan, bagai tak selera untuk makan kala harus berhadapan dengan Daddy-nya yang sedang menaruh selai nanas di rotinya.

Namun Arsen harus menahan gejolaknya karena dia pun juga membutuhkan Daddy-nya.

Namun Arsen harus menahan gejolaknya karena dia pun juga membutuhkan Daddy-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dad?" panggil Arsen, diberani-beranikan.

"Yes, son?" tanya Daddy.

"I need your help!" tutur Arsen seketika.

"Sure! Just tell me, what is it?" tanya Daddy.

"Arsen butuh koneksi rekan-rekan Daddy, pengacara, polisi, kalau perlu tentara untuk bantuin Arsen ngusut kasus kematian Ibunya teman Arsen!" ujar Arsen.

"Sure? Siapa temanmu itu?"

Arsen menelan ludahnya. "Namanya Julian. Julian Januar"

"Oke! Nanti kamu kasih aja info detailnya sama Robert. Biar nanti Daddy suruh orang untuk bantuin kamu!" jawab Daddy.

"Thank you, Dad!" ujar Arsen, bahagia. Namun tidak terlalu ia ekspresikan pada Daddy-nya.

"Pretty sure, son! Hari ini kamu berangkat sama siapa?"

"Robert mana?"

Daddy Arsen mengangkat bahunya. "I dont know!"

Arsen menatap gelagat Daddy-nya yang terlihat biasa-biasa saja tanpa perasaan bersalah sedikitpun. "Aku berangkat sendiri aja, Dad!"

"Okay. Just... becareful, okay?"

Arsen manggut-manggut.

~

Di sekolah, Arsen datang membawa boneka angry bird kesayangannya. Seluruh siswa dan siswi turut memberikan tegur sapa padanya. Baik kelas dua belas, sampai junior-juniornya.

STUCK ON YOU (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang