Besoknya Arsen pun pergi bersama Julian menuju sekolah. Mereka mengenakan baju casual, namun Julian turut mengenakan jersey basket untuk latihan bersama teman-temannya di lapangan sekolah.
Kemudian mereka menghampiri lapangan outdoor sekolah, dimana para kelas dua belas berkumpul untuk pengumuman kelulusan.
Seiring Arsen dan Julian turut berdiri di depan koridor bawah yang menjurus ke lapangan upacara. Disana mereka memperhatikan ratusan siswa kelas dua belas yang tengah berbaris mengenakan seragam putih abu-abu.
"Seru ya mereka?" ujar Julian seketika.
Arsen menekuk alisnya. "Seru apanya?"
"Ya seru laaah... lulus. Bisa keluar dari sekolah secepat itu!"
"Dih, bagi Arsen sih, gak seru!" jawab Arsen.
Julian mendongak, menatapnya "Kok gitu?"
"Karena... masa SMA itu adalah masa terindah dan terseru dalam hidup! Receh bareng. Kompak satu kelas. Ngakak bareng. Somplak bareng. bahkan mungkin berduka bareng" jawab Arsen.
"Dih! Kalo gue sih mikirnya, gue seneng deh akhirnya lulus juga dari sekolah! Gak ribet!"
"Yeee... justru itu tau tantangan terbesarnya! Abis lulus, kita akan mulai belajar menentukan arah hidup kita! Lanjut kuliah. Kerja. Berusaha mapan. Untuk bisa nyenengin orang tua. Nikah... punya anak. Arsen sedih..." Arsen menunduk seketika.
Julian membenarkan ucapan Arsen barusan. Lalu dia mengelus-elus punggung Arsen seketika.
"Setelah lulus kelas dua belas nanti... arah kita akan kemana ya, Bang?" tanya Arsen seketika.
Julian tertegun mendengar pertanyaan Arsen barusan. "Gue juga belum tau, Sen..."
Arsen cemberut, "Bang Yayan pasti bakalan sibuk banget deh. Secara kan Bang Yayan pinter... pasti bakalan fokus belajar. Waktu Bang Yayan sama Arsen jadi berkurang..."
Julian manggut-manggut. "Yang jelas, gue bakal ngurangin basket sih kalau udah deket akhir semester!"
"Tuh kan..."
"Udahlah, Sen... jalanin aja dulu hidup kita ke depannya"
"Makanya tembak Arsen dong, Bang! Biar kita tuh ada keterikatan"
"Bukan karena lu pengen ngentot sama gue?" tanya Julian.
Arsen cemberut dan menunduk, "Itu juga sih!"
"Sen... lo tuh tenang aja... gue gak akan kemana-mana, kok! Kita itu sekarang udah semacam zat surfaktan... atau juga emulsifier... senyawa yang bisa menyatukan air dan minyak. Jadi kita gak akan saling berjauhan kok!" ujar Julian.
Jujur saja Arsen paling malas kalau Juliam sudah membahas pelajaran. Tapi baru kali ini, dia merasa terenyuh dengan kalimat Julian barusan. "Mmmm... so sweeeett..."
"Mulai kan!"
"Arsen baper. Arsen baper"
"Iya!"
"Eh, tapi Bang... emangnya ada zat surkaftan?"
"Surfaktan!!!"
"Iya itu maksudnya!"
"Ya ada lah!!!"
"Oh ya? Dimana?"
"Gak usah jauh jauh! Sabun! Itu kan mengandung surfaktan"
"Iya ya!" Arsen manggut-manggut.
"Iya ya apaan?"
"Arsen kalo coli pake sabun, Bang!"
Julian menahan sabar untuk keberkali-kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...