Chapter 111

2.3K 304 215
                                    

"Iya, sayaaaang... ini Bang Caleb..." senyum Caleb sambil menyentuh pipi Arsen.

"Bangsat lo!!!" teriak Arsen.

"Uuuuhh cup cup cup... gausah ngegas gitu dong sama mantan sendiri!" cetus Caleb.

"Najis, gue punya mantan kayak lu! Kita gak pernah jadian! Gue gak pernah pacaran sama seorang pembunuh! Orang yang menghalalkan segala cara untuk dapetin apa yang dia mau!!! Kalian bertiga sama aja! Biadab!" cetus Arsen.

"Udah, marah-marahnya?" tanya Caleb.

"Kenapa lu tega sih, Cal?? Lo tega banget sama Julian..."

"Ooohhh jelas, saya cuma kepengen orang yang mencoba masuk di hati kamu itu tau... betapa cinta dan sayangnya saya sama kamu, Arsen... saya sama kok seperti kamu... berkorban untuk mendapatkan cinta!"

"Jangan pernah sekali-kali lo samakan gue sama lo! Pengorbanan lo itu terlalu bangsat tau gak lo! Lo berkorban dengan ngorbanin nyawa orang lain!!! Nyawa Ibu dari orang yang gue cintai... Terus lo juga ngebakar rumah Ambu...?"

"Saya melakukan itu karna saya cinta sama kamu, sayang... kamu tau gak, tabungan saya sudah lebih dari cukup untuk kita menikah..."

"TAI LO!!!"

Caleb tersenyum lagi, "Saya itu butuh mata-mata di sekolah, Sen... Tentunya untuk memata-matai kamu bersama Julian... dan... sewaktu saya menggagalkan niat Julian untuk menyatakan cintanya ke kamu di sekolah... perkataan Tasya membuat saya sakit hati... dari sana saya tak sengaja menemukan Naufal... Saya akhirnya pun tau bahwa dia memiliki dendam pada kamu... tapi saya berniat membinanya... saya bimbing dia agar tidak berlarut-larut membenci kamu... mungkin... hanya sekadar untuk memberikan pelajaran saja buat kamu, yang terus-menerus kukuh mengejar cinta Julian"

"Memberikan pelajaran??? Dengan cara mau membunuh gue dari lantai tiga kelas, hah???"

"Itu belum seberapa sayang..." ujar Caleb. "Lagipula... hal itu wajar kok... sebanding kan dengan sakit hati saya setelah tau akhirnya kamu jadian juga dengan Julianmu itu???"

Naufal dan Robert tersenyum tajam memandangi Arsen.

Arsen geleng-geleng, air matanya terus berlinang. "Hati lo itu terbuat dari apa sih, hah??? Lo jahat banget, Caleb! Lo tuh gila!"

"Saya memang tergila-gila sama kamu, Sayaaang..."

"Gak harus dengan ngebunuh Ibunya Julian juga, anjing!!! Lo tau gak betapa hancurnya dia???"

"SAYA GAK MAIN-MAIN, ARSEN!!! SEKALI SAYA CINTA... SAYA AKAN KEJAR ORANG ITU! BAHKAN SAMPAI KE LIANG LAHATNYA!!!"

Arsen menelan ludahnya baik-baik, "Jadi kedepannya mungkin lo juga akan ngebunuh gue???" tanya Arsen, penuh penekanan.

"Bisa jadi! Kalau saya tidak bisa mendapatkan kamu... maka orang lain pun begitu... dan kalau kamu memang gak bisa saya miliki... maka lebih baik kamu mati... Caleb, 2019"

Arsen tertegun mendengarnya, namun dia sama sekali tak takut akan ancaman itu. "AYO BUNUH GUE CEPETAN!!! CEPET BUNUH GUE KALO EMANG LO PUNYA NYALI!!! NAUFAL! ROBERT! AYO BUNUH GUE!!!"

"Well, mungkin harfiahnya, membunuh secara perlahan?" ujar Robert seketika.

Caleb tersentak, lalu bertepuk tangan. "Waow... mantap... Robert!!! Anda memang sangat bisa di andalkan dalam konspirasi ini!"

Arsen tak sudi melihat wajah Robert yang tega menghianatinya.

Naufal tersenyum percaya diri. "Pacarnya siapa dulu dooong..."

Arsen tersenyum jijik pada Naufal. Kemudian dia dengan cepat mencoba menghubungi Julian, namun sayangnya Caleb sudah lebih dulu mengambil ponsel Arsen, lalu melemparnya pada Naufal. "Cek! Periksa hapenya!"

STUCK ON YOU (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang