Dalam perjalanan pulang, Arsen duduk di kursi barisan kedua pada mobilnya sambil menyandarkan kepalanya di atas paha Julian sambil terus memeluk boneka angry bird pemberian Bang Yayannya.
Julian hanya diam saja memerhatikan jalanan dari jendela mobil. Sedang Arsen mencoba menyentuh wajah Julian dari rebahannya. "Ih, mulai tumbuh nih kumis sama jenggotnya!"
Julian turut menoleh ke bawah, menatap Arsen. Lalu dia hanya mencubit batang hidung Arsen. Kemudian melihat ke arah jalanan lagi.
"Cukur dooong!" seru Arsen.
"Biarin aja!"
"Permintaan dari pacar!"
"Yaudah, nanti di cukur!"
"Cium dulu cium dulu!"
Julian menundukkan kepalanya untuk mencium Arsen. Cup. Julian mencium kelopak mata Arsen dengan lembut.
Robert yang membawa mobil turut berujar, "Waaahh... saya bener-bener ikut seneng loh, Mas Julian sama Tuan Muda akhirnya bisa jadian juga!"
Julian tersenyum, "Makasih Mas!"
"Sama-sama Mas Julian"
"Makasih Beeeeerrtt!"
"Sama-sama Tuan Muda"
"Gue minta ya sama lu, Bert! Untuk gak ngasih tau dulu tentang kebelokan gue ini sama Daddy! Biar gue aja yang urus itu semua!" jelas Arsen.
Robert seiring bertanya dengan hati-hati. "Maaf, Tuan, jika saya lancang... tapi apa... apa Tuan Muda nantinya akan memberitahukan hal ini pada Tuan Besar?"
Julian seiring memandang ke arah Arsen yang terdiam. Dia tahu kini kekasihnya itu tengah gamang, "Gue mau jalanin yang sekarang aja dulu! Biar ngalirnya kayak gimana, gue bodo amat. Gue pasti akan bilang... ya tapi gak sekarang! Dan gak tau juga kapan!"
Robert manggut-manggut, "Baik, Tuan"
Arsen lalu menggenggam tangan Julian dengan erat. Wajahnya terlihat muram dan sedikit cemas. Julian bisa merasakan itu lewat sorot matanya. Lalu Julian pun mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Arsen. Memberikan isyarat, bahwa semua akan baik-baik saja.
"Besok ke sekolah gue jemput aja ya! Kita berangkat bareng!" ujar Julian pada Arsen.
Arsen tersenyum sumringah, "Asiiiikkkk!!!"
"Udah, jangan galau lagi!"
Arsen masih dengan senyumannya. Dia mengangguk.
~
Esoknya Julian menepati janjinya menjemput Arsen ke sekolah menuju apartemennya jam setengah enam pagi. Dia lalu menghampiri room kekasihnya itu karena dia tahu betul pasti Arsen belum bangun dari tidurnya.
TOK TOK TOK. Julian mengetuk pintu room Arsen, namun tak ada jawaban. Seiring ia pun membuka pintu room tersebut, nyatanya pintu itu tidak terkunci sama sekali. Julian mengernyitkan keningnya, "Kok gak di kunci?"
Julian turut melangkahkan kakinya menuju kamar Arsen. Dia melotot seketika menemukan Arsen terkapar dengan mata terbuka dan mulut mengeluarkan busa putih kecil. "ASTAGA ARSEN!!!"
Julian berlari menghampiri Arsen dengan panik dan menepuk-nepuk pipi Arsen. "SEN!!! ARSEN!!! ARSEN BANGUN!!!"
Julian kebingungan dan panik bukan main ketika Arsen tak memberikan gerakan sedikitpun. Seiring dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan segera menelpon Robert. "Haloo... Mas! Cepetan kesini, Mas! Arsen, Mas!"
"Kenapa dengan Tuan, Mas Jul?"
"Saya juga gak tau! Ini mulutnya ngeluarin busa, matanya melotot! Tapi detak jantungnya masih aktif, Mas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...