"Ciyeeee... kok akhirnya mau nganterin Arsen pulang?" tanya Arsen ketika ia berada di belakang badan Julian yang sedang mengendarai motornya. "Dari kemaren Bang Yayan plin-plan terus deh, bikin gemesshh"
"Udah deh jangan bawel! Mau lo gue turunin di pinggir jalan?" tanya Julian.
"Iya iya..." ujar Arsen. "Arsen boleh peluk gak?"
"GAK!!!"
"Kalau besok?"
"Emang besok sekolah? Besok kan sabtu, pelor!"
"Tapi kan sabtu Bang Yayan mau bayar utang ke Arsen! Bang Yayan lupa ya?" usil Arsen.
Julian berdecak. Kampret. "Gue emang mau bayar utang gue ke lo, tapi gak pake ya peluk-pelukan!"
"Bang Yayan pelit!"
"Bodo amat! Lagian lu gila apa, di jalan, di tempat umum kayak gini, lu mau pelukan di motor. Gak mikir kata orang?" tanya Julian.
"Ah, peduli amat sama kata orang! Ngedengerin omongan negatif orang tuh, hidup gak bakal maju!" ujar Arsen.
"Bukan omongan orang yang negatif, tapi kitanya yang negatif!" cetus Julian.
"Kalau gitu peluknya nanti pas tunggu sepi aja ya Bang Yayan?"
"GAK!!!"
Arsen menyengir, "Iya iya... enggak! Galak amat kayak emak-emak kos-kosan!"
Julian tak bersuara lagi.
Namun seperti biasa Arsen memulai percakapan lagi, "Bang Yayan..."
Julian masih diam.
"BANG!!!"
"Apa siiih??? Bang Bang Bang Bang, emang gue Abang ojek?" cetus Julian.
Arsen terkikik sejenak, lalu dia mengatakan hal yang ingin ia sampaikan, "Jangan lupa... besok..."
"Hari sabtu bayar utang!!! Iya Sen gue inget, iya!!! Gak perlu lo ingetin ribuan kali, yang ada malah batal nih nanti" cetus Julian.
"Ih, jangan sampe dong! Enak aja"
"Yaudah, makanya lu diem!"
"Iya!" Arsen pun diam. Sesekali dia mencoba iseng untung menciumi area leher dan rambut Julian yang begitu wangi. Wangi coklat yang membuat Arsen ileran. "Bang Yayan wangi banget!" kata Arsen.
"Jangan coba-coba nyium-nyium!" cetus Julian.
Arsen memutar bola matanya, lalu menyindir Julian. "Perasaan kemaren ada yang langsung nyium-nyium mendadak deh!"
Julian sedikit salah tingkah mendengarnya dan berusaha tetap netral.
Setibanya di apartemen Arsen, Julian memerhatikan gedung tinggi itu dengan saksama. Bagaimana mungkin Arsen bisa tinggal disini.
Arsen pun turun dari motor Julian dan memberikan helmnya kepada Bang Yayannya itu. "Bang Yayan makasih ya, udah di anterin pulang! Jangan lupa besok!"
Kepala Julian masih menengadah ke atas gedung. Dan dia tidak memperdulikan mesin motornya mati secara otomatis
Arsen turut mengikuti memandang apa yang tengah dilihat Julian.
"Lo beneran tinggal disini, Sen?" tanya Julian.
"Iya" jawab Arsen.
"Sendirian?"
"Keliatannya gimana?" tanya Arsen.
"Robert???"
"Diiihh... yang bener aja tinggal sama Robert. Dia juga punya rumah sendiri, kali" jawab Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...