Julian menghela napasnya, "Arsen... gue bisa aja sayang dan nerima hati lo. Tapi semua itu butuh waktu, Sen!"
Arsen kembali dengan wajah melasnya. "Yaaah"
"Gue gak bilang gue nolak ya, Sen! Gue cuma bilang, kalau gue butuh waktu untuk belajar semua ini" ujar Julian.
"Tapi kan Bang Yayan udah pinter dari lahir, jadi ngapain mesti belajar lagi, apalagi cuma untuk belajar menerima hati seseorang" tanya Arsen.
Julian tersenyum, "Sayangnya... cuma lo doang, Sen, yang mahir di pelajaran ini. Sedangkan gue... sama kayak lo yang gak tau apa-apa soal kimia, tapi tau-tau udah di suruh kerjain tugas kimia seabrek-abrek! Gak bisa kan lo?"
Arsen pun mengangguk paham. "Iya juga sih. Jadi tuh, perasaan Bang Yayan belum ada apa-apanya ya, ke Arsen?" tanya Arsen.
Julian memasang senyumannya, "Yaaa... sama seperti soal kimia tadi deh. Gue cuma butuh belajar lebih giat dulu. Sampe akhirnya gue siap untuk nilai bagus dari lo"
Arsen mengembangkan senyumannya. "Aaaaaa.... Bang Yayaaaaan... bagi Arsen nilai Bang Yayan selalu bagus, kok!" ujar Arsen.
Lalu Julian pun menoyor wajah Arsen, "Itu mah mau lo! Dasar tukang maksa!"
"Biarin! Yang penting Bang Yayannya mau"
"Yeeee!!! Besok-besok, gue gak mau deh minta tolong lagi sama lu. Kalau bayar utangnya harus sebejibun gini" ujar Julian.
"Ah, Bang Yayan maaaah... jangan gitu dong..." ujar Arsen.
"Becandaaaaa!!! Yaudah yuk, lanjut lagi!"
"Lanjut ngapain?"
"Lari lagi"
Arsen cemberut lagi, "Bang Yayan, betis Arsen udah pengkor, dengkul Arsen udah kopong gini, yang ada bisa gempor nih Arsen!"
"Makanya lu jangan suka kebanyakan coli!" cetus Julian.
"Biarin! Colinya kan sambil ngayalin Bang Yayan!" cetus Arsen.
Julian bergidik, "Iiihh dasar mesum!!!" Julian menoyor wajah Arsen lagi.
Arsen tertawa terbahak-bahak. Kemudian Julian pun berlari meninggalkannya. Arsen pun berteriak sambil berlari menyusul Julian, "Bang Yayaaaaan, tungguiiiiinn!!!"
~
Selesai berolahraga, Arsen membeli dua botol air mineral dingin untuk dirinya dan juga Bang Yayannya itu.
"Nih..." Arsen menyodorkan botol minuman tersebut ke arah Julian, "Bang Yayan jangan lupa minum! Entar mati disini, Arsen lagi yang kerepotan"
"Yeeee!!! Emang lo udah siap kalau gue mati?" tanya Julian.
"Ya enggaklaaaah... belum juga jadian, udah mati duluan!" cetus Arsen.
Julian pun meminum air mineralnya. Setelah itu dia bertanya lagi, "Udah deh Arsen, jangan bawel. Sekarang agendanya apalagi?"
"Tadi kata Bang Yayan mau berenang" ujar Arsen.
"Oh iya yah..." Julian terengah, "Yah, Sen! Tapi kan gue gak bawa baju ganti! Lo juga kan?"
"Udah, bisa di atur!" Arsen mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.
"Eh, lo mau ngapain?" tanya Julian.
"Sssttt! Diem dulu" sela Arsen, kemudian dia pun berbicara pada orang di telponnya. "Halo Robert!"
Mendengar nama itu disebut, Julian sudah bisa menebaknya.
"Tolong bawain gue celana boxer sama baju ganti ya. Sama punya Bang Yayan juga! Gue sama Bang Yayan mau berenang!"
"Siap, Tuan Muda. Mmm.. kalau boleh tau di kolam renang mana? Kan di apartemen ada kolam renang, Tuan" ujar Robert.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Novela JuvenilWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...