"YA ALLAAAAHHH!!!" Julian berteriak di atas rooftop rumah sakit tersebut. "SALAH SAYA APA??? KENAPA SAYA TERLAHIR HARUS MENJADI ORANG SEPERTI INI, YA ALLAH???"
Tangis Julian mengambang di pipinya. Setetes demi setetes air matanya, terjatuh akibat derita batin yang kini di alaminya.
"DULU HAMBA TIDAK SEDALAM INI MENCINTAI SESEORANG!!! DAN ORANG ITU ADALAH ARSEN!!! TAPI KENAPA KINI TIBA SAATNYA HATI SAYA JATUH SEJATUH-JATUHNYA PADA ARSEN, BEGITU BANYAK HAMBATAN YANG SAYA TERIMA??? APA YANG HARUS SAYA LAKUKAN YA ALLAAAAHHH???" Julian meratap, menghinakan diri dihadapan langit sore yang perlahan mengabu.
Tangis Julian pecah. Ini pertama kalinya dia merengek seperti anak kecil. Tapi dia tidak peduli. Yang dia butuhkan hanyalah Arsen.
Hingga petir saling menyambar, hujan pun tiba-tiba turun dari atas langit. Julian basah seketika diguyur air hujan. Sejurus Julian segera turun dari rooftop tersebut dan langsung saja bergegas menuju rumah Arsen.
Dengan derai hujan dari langit, Julian menyusuri jalanan yang hingar bingar dengan motornya. Air matanya saling berpadu dengan air hujan yang menetes hebat. Pikirannya terus mengudara pada Arsen.
Setibanya dia di rumah Arsen, dia langsung saja membuka gerbang rumah besar itu sendiri dan membuat Pak Andi kaget.
"Loh, Mas Jul! Kenapa hujan-hujanan, Mas?" tanya Pak Andi.
"Arsen ada kan, Pak?" Julian balik nanya.
"Ada Mas, ada! Baru saja pulang bersama Robert. Mau saya panggilkan?"
"Gak usah, Pak. Makasih" ujar Julian sambil berjalan menuju pintu rumah besar tersebut dengan terburu-buru.
Julian mengetuk-ngetuk pintu rumah itu dengan beberapa kali sambil berteriak memanggil-manggil Arsen. "Arseeeeennn!!! Buka, Seen!!!"
Sejurus Arsen keluar dengan sedikit terkejut, "Astaga, Bang Yayan??? Kenapa basah kuyup gini sih???" Arsen menyeka-nyeka rambut Julian serta wajah dan lehernya.
Julian yang sedikit menggigil langsung saja mengambil wajah Arsen dan melumati bibirnya dengan penuh kasih sayang. Air matanya kembali jatuh dan mengalir di pipinya.
"Bang Yayan kenapa??? Ada apa???" tanya Arsen dengan raut wajah bingung nan lirih.
"Gue sayang banget sama lo, Sen! Gue gak mau kehilangan lo! Gue mau kita terus sama-sama, Sen!!!" rintih Julian dihadapan Arsen.
Arsen menahan air matanya kuat-kuat. Lalu kemudian dia menarik pelan tangan Julian, "Masuk dulu ya, ganti baju dulu, Bang!!!"
Julian menurut, ia pun mengikuti langkah dan tarikan kecil dari tangan Arsen yang memandunya menuju kamar Arsen.
Setibanya di kamar Arsen, Arsen memberikan handuk pada Julian untuk mengeringkan diri. Seraya Julian pun turut mengeringkan kepala dan bajunya yang basah, Arsen mencari bajunya yang cocok untuk ukuran Julian.
Seketika Arsen bersuara, "Ambu gimana keadaannya, Bang???" suara Arsen terdengar lirih dan pelan.
Julian berhenti menyeka kepalanya dengan handuk. Dia tertegun seketika, "D-dia baik"
"Jawabnya gitu banget?" tanya Arsen setelah menemukan pakaian yang cocok untuk Julian. Dia berjalan menghampiri Julian dan menyodorkan pakaian tersebut kearah kekasihnya itu.
Bukannya menerima pakaian yang diberikan Arsen, Julian malah menatap lamat mata Arsen dengan sendu. Dia tahu Arsen tak jujur, bahwa dari sorot matanya ada satu luka yang bersembunyi disana.
Mereka berdua saling adu tatap dengan saksama. Membuat keduanya hanya bisa bungkam untuk beberapa saat. Hingga kemudian, Arsen bertanya penuh hati-hati, "Ambu masih gak bisa menerima Arsen ya, Bang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Novela JuvenilWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...