Setelah membagi-bagikan jajanan pada murid-murid SD yang baru pulang sekolah, Julian pun kembali menghampiri Arsen lagi.
"Udah?" tanya Arsen.
Julian mengangguk.
"Yaudah yuk" Arsen berdiri dari duduknya.
"Et tunggu!" sergah Julian.
"Kenapa lagi, Bang Yayan?"
"Serius lu udah gapapa?"
"Gapapa! Ayolah, nanti keburu gada waktu"
"Oke! Kita kemana sekarang?"
"Ke rumah Nanto! Ngasih makan ikannya!"
"Itu doang?"
Mata Arsen berputar-putar, merasa apalagi yang kurang.
"Mendingan sekalian aja sama bikin puding, bikin PR, sama ajarin lu naik sepeda!" timpal Julian.
Araen terdiam berpikir.
"Kita batasin sampe jam 5 sore, jadi sisa waktunya tinggal kita lakuin wishlist yang di Mal-Mal! Gimana?"
"Bener juga sih!" cetus Arsen, "Emang kita ada PR apaan ya, Bang?"
"PR Bahasa Indonesia! Pelajaran favorit lu tuh!" cetus Julian, sebal.
"Mmm... gimana kalau ngerjain PRnya nanti pas hari senin, di sekolah aja!" ide Arsen. "Kan pas tuh, pelajaran Bu Nita hari senin"
"Ya tapi kan lu tau, gue sering bolos pelajaran dia tiap senin. Gue lebih seneng di..."
"Perpustakaan!" cetus Arsen. "Bang Yayan jangan gitulah! Biar gimanapun, nilai Bahasa Indonesia tuh penting! Itu kan nilai unggulan di ijazah!"
Julian terdiam sejenak. "Iya juga sih"
"Lagian apa gak kasian sama Bu Nita?"
Julian mengernyitkan keningnya, "Kenapa kasian sama Bu Nita? Dia kan tinggal nyoret minus poin doang di nilai kehadiran gue saat jam pelajaran dia!"
Arsen menepuk bahu Julian pelan, "Bang Yayan... gini ya! Dulu... Bang Yayan juga sebel kan sama Arsen! Rasanya males kalau mau ketemu sama Arsen!"
"Itu tau!"
"Tapi sekarang... gimana? Bang Yayan udah gak terlalu males kan sama Arsen?"
"Siapa bilang?"
"Ya buktinya Bang Yayan masih setia disini nemenin Arsen! Gak mungkin lah kalau cuma soal bayar utang doang, Bang Yayan tetep bertahan sama Arsen disini. Pasti itu juga karena Bang Yayan perlahan-lahan mulai nyaman sama Arsen. Iya kan?" terang Arsen.
Julian terdiam sejenak. Sesedikit membenarkan ucapan Arsen barusan. Namun dia tetap tak ingin Arsen mengira bahwa dia benar-benar mulai merasa nyaman dengannya. "Jangan sok tau! Kalau ternyata gue cuma terpaksa doang sama lu, gimana?"
Arsen hanya tersenyum, "Seenggaknya Bang Yayan masih mau menghargai Arsen disini"
Julian terdiam beku lagi. Entah mengapa Arsen benar-benar mampu membuatnya selalu tak berkutik.
Lalu Arsen berujar lagi dengan pelan, "Inget aja kalimat dari Arsen yang satu ini, Bang!"
"Apa?"
"Hargai... sebelum dia pergi" ujar Arsen membuat jantung Julian seakan berhenti. Arsen sudah berjalan lebih dulu menuju parkiran motor. Sedang Julian masih diam membeku di tempatnya.
"Bang Yayan! Ayo!"
Julian terkesiap dan sadar dari lamunannya. "Iya iya"
~
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...