Sepulang dari taman, Arsen di perjalanan memperhatikan Julian yang tengah membawa motornya itu kembali merasa dingin dan menggigil. Lalu seiring Arsen pun mengelus-elus punggung Julian dengan cepat. "Dingin ya, Bang?"
Julian tak menjawab, hanya tersenyum memandang jalan. Lalu tangan kirinya berusaha meraba dan mengambil tangan kiri Arsen. Arsen terkejut ketika Julian berani memegang tangannya, seiring Julian meletakkan tangan kiri Arsen itu pada perutnya. "Jalanan udah sepi" kata Julian.
Arsen tersenyum lebar tak bersuara apa-apa lagi. Lalu Arsen pun melingkari kedua tangannya pada perut Julian yang bidang. Dia menyandarkan kepalanya pada punggung Julian. Keduanya saling menghangatkan satu sama lain lewat pelukan itu.
Dan setibanya mereka di apartemen, Arsen melihat jam tangannya sudah pukul dua belas malam. Seiring dia turun dari motor Julian dan mencoba melepas helmnya lagi.
"Bisa gak?" tanya Julian.
"Kali ini stuck beneran nih, Bang" ujar Arsen.
Julian pun berdiri dari motornya lalu membantu Arsen melepas helmnya. "Sini gue bantu"
Arsen tertegun kala jaraknya dengan wajah Julian lebih dekat dari biasanya, bahkan lebih dekat dari saat dia melepas helm di basement Mal tadi sore. Tanpa sadar, Arsen kembali mimisan dan segera mendongak.
"Heh, kok mimisan lagi sih, aduuuhh" cetus Julian.
"Gapapa gapapa! Reaksi deg-degan berdekatan dengan cogan jadinya gini, Bang!" ujar Arsen sambil terus mendongak.
"Ada-ada aja deh! Lo jangan ngedongak!" Julian menundukkan kepala Arsen dengan pelan. Darah pun mengalir dengan lancar dari hidung Arsen.
Seiring Julian menghampiri pos satpam apartemen dan meminta tissue padanya. Beruntung Pak satpam itu memiliki kotak tissue, dan memberikannya pada Julian. Lalu Julian pun memberikan tissue tersebut pada Arsen. "Lo tuh kenapa sering mimisan gini sih?" tanya Julian.
Arsen menyumbat hidungnya dengan tissue tersebut. "Dibilangin ini reaksi kalau deg-"
"Stop becandanya, Sen! Ini tuh bisa bahaya tau, gak? Gak bagus buat kesehatan lu!" omel Julian.
"Iya, Bang, maap" ujar Arsen.
"Gue anter ke kamar lu deh, yuk!"
"Abis itu ena-ena ya?" ledek Arsen.
"Seeen, please! Ini kita lagi fokus sama kondisi kesehatan lu, loh!"
"Yaelah, Bang! Paling juga masuk angin, kecapean! Orang +62 apa sih penyakitnya kalo bukan masuk angin? Obatnya juga jauh-jauh paling paracetamol 2 biji, kelar deh!"
"Sen, please! Bokap gue dulu meninggal karena dia ngabaiin penyakitnya. Dan gue gak mau lu gitu juga, oke? Besok periksa ke Dokter!"
"Iya iya! Temenin ya?"
"Jam berapa?"
"Terserah Bang Yayan!"
"Mmm... sore deh ya! Pagi sampe siang gue latian basket di lapangan indoor kampus Unkas!"
"Ih, Arsen ikut dong!"
"Udah gak usah! Lo istirahat aja!"
"Ih, gapapa! Arsen pengen nyemangatin Bang Yayan! Latihan buat turnamen akhir semester kan?"
"Iya. Tapi gausah, Sen! Kita kan udah seharian bareng-bareng, lu juga harus jaga kondisi lu!" ujar Julian.
"Aaaaaa, pokoknya Arsen mau ikut! Arsen gapapa kok"
Julian menghela napasnya berat. "Arsen... Bang Yayan kalo ngomong bisa di dengerin gak? Jangan ngebantah"
Arsen kemudian tersenyum menahan tawanya. "Uuuu so sweeeeeett! Oke siap, Bos! Besok sore Arsen tunggu ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Ficção AdolescenteWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...