Dibawah bulan purnama
kita pernah berjanji
bersama sehidup semati
temani aku disiniNamun apa daya tanganku
tak sampai menggapaimu
takdir tak berpihak padaku
tuk mempertahankanmuSemoga kau bahagia hidup bersamanya.
~
"Setelah semua ini... tolong kasih tau gue, gue harus apa, Sen?" tanya Julian yang masih rebahan di atas kasur. "Karena gue gak tau, gue harus bergerak kearah yang mana tanpa lo disisi gue"
Arsen memegang pipi Julian dengan lembut, "Semua arah... akan terlihat jelas, kalau kita melangkahnya gak sama-sama, Bang"
"Lo jangan ngomong gitu, Sen! Gue rapuh saat ini! Lo mutusin gue, dan itu sakit banget!" cetus Julian.
"Arsen gak bisa liat Bang Yayan tersiksa kalau Bang Yayan terus sama-sama Arsen, Bang! Arsen pengen Bang Yayan bahagia, tapi bukan dengan Arsen!"
"Gue gak akan pernah bisa bahagia tanpa lo, Sen!" ujar Julian.
"Semua hanya masalah waktu, Bang Yayan" ujar Arsen meratap, "Kita harus sama-sama tegar, itu kenyataan yang harus sama-sama kita terima"
"Gue masih sayang banget sama lu, Sen! Lu mutusin gue pas gue lagi sayang-sayangnya sama lu"
"Arsen tau, Bang! Tapi Arsen juga gak bisa mangkir! Kalau hubungan kita hanya akan membawa cobaan untuk hidup Bang Yayan!"
Julian sekali lagi menangis dalam pelukan Arsen. Ia mencoba kuat, nyatanya dia lemah.
~
Julian kembali ke rumah sakit dengan perasaan lirih dan tak berdaya. Kakinya bagai di ambang tak bertumpu. Dia lemah. Separuh jiwanya hilang. Dan rasanya bagai tak keruan. Dia benar-benar gamang. Jika dibilang berlebihan, dia bagai tidak sanggup menapak di muka bumi kala cintanya pergi dari hidupnya.
Julian membuka pintu kamar rawat Ambunya tersebut, disana terlihat bahwa Ambu sedang menonton TV dengan daya tubuh yang masih lemas di ranjangnya. Dia terperangah seketika, "Lian... kamu teh darimana lagi???"
"Dari rumah Arsen, Mbu!" jawab Julian pelan.
"Astagaaa... ngapain lagi sih kamu pergi ke rumah manusia laknat itu? Dia itu teh tidak baik, Lian! Dia teh..."
"Lian udah putus dari Arsen!" potong Julian seketika.
Ambu terkesiap sekaligus tercengang bahagia mendengarnya. "Seriusan kamu teh?"
"Iyah! Dia udah berhenti berhubungan sama Lian! Itu semua demi siapa, coba? Buat Ambu gak berantem lagi sama Lian! Dia berusaha untuk bikin Ambu seneng. Dia rela menyakiti hatinya sendiri demi keluarga kita, Mbu!" cetus Julian.
"Lian, tidak usah keras-keras ngomongnya, Ambu teh masih bisa dengar! Bagus atuh kalau si Arsen itu tau diri. Alhamdulillahi robbil alamin tah! Da Ambu mah bahagia kalau si Arsen itu teh tidak mengganggu ketenangan hidup Ambu lagi!"
"Iya! Itulah Arsen, Mbu! Rasa cintanya begitu besar dan tulus! Sampai dia rela berkorban sebesar itu untuk Lian!" tegas Julian.
"Terserah kamu mau ngomong apa, Lian. Selama itu masih berhubungan dengan dia, Ambu teh tidak peduli. Yang jelas kamu teh sekarang sudah punya siapa-siapa lagi selain Ambu. Jadi kamu teh harus nurut dengan semua ucapan Ambu! Ngerti kamu???" tegas Ambu.
Julian hanya memejamkan matanya sambil menghela napas dengan berat.
~
"Jadi lo putusin si Gajul, Sen?" ulang Nanto tak percaya pada Arsen saat Arsen selesai menceritakan semuanya pada Nanto.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Roman pour AdolescentsWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...