Chapter 116

2.7K 349 202
                                    

"Om... sekali lagi, terima kasih atas undangan makan malamnya, saya sangat merasa terhormat sekali bisa berkenalan dengan Om... terlebih sudha mendapatkan restu pula. Saya benar-benar merasa bersyukur" ujar Julian.

"Iya Julian, Om juga senang bisa bertemu dengan calon menantu Om nih!" Daddy menepuk-nepuk bahu Julian.

Julian dan Arsen pun tertawa seketika.

"Kalau gitu, saya pamit pulang dulu, Om!" ujar Julian.

"Iya hati-hati ya, naik motornya" ujar Daddy.

"Iya, Om. Terima kasih. Saya duluan, Om..."

"Iya, Julian" jawab Daddy.

Arsen terdiam. Pikirannya kemana-mana. Perasaannya kian memburuk. Kerongkongannya mengering. Gak. Arsen turut berjalan keluar rumah. Seiring membuat Julian dan Daddy-nya terheran-heran.

"Om... saya permisi..." ujar Julian lagi.

"Iya iya" jawab Daddy.

Arsen turut menghampiri motor Julian.  Lalu memeriksa motor tersebut, lebih mendetailkan ban motornya. Kemudian Julian menghampiri Arsen bersamaan dengan Pak Andi yang menghampiri Arsen dari depan gerbang rumah besar tersebut.

"Kenapa, Sen?" tanya Julian.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Pak Andi.

Arsen berdiri kala dia tidak dapat menemukan sesuatu yang janggal dari motor Julian. "Pak tolong di periksa motornya Bang Yayan yah! Apapun itu, tolong periksa sekarang!" perintah Arsen.

"Baik, Tuan!" Pak Andi turut mencermati motor Julian baik-baik.

"Kenapa sih, Sen?" tanya Julian.

Arsen menggeleng, "Enggak. Cuma mastiin aja. Si Salep macem-macem atau enggak. Siapa tau dia mau bikin Bang Yayan celaka!"

Julian menelan ludahnya, "Sen... gak suka boleh! Benci jangan, Sen! Apalagi sampe su'udzon begitu sama orang, gak baik!"

"Bang Yayan gak kenal Caleb, Bang!" cetus Arsen.

"Ya tapi kan mana mungkin dong dia sampe mau bikin gue celaka?" cetus Julian.

Arsen terdiam seketika.

"Remnya blong, Tuan! Kabelnya putus!" cetus Pak Andi seketika.

Julian menekuk alisnya seketika. Sedang Arsen turut menatap Julian dengan tajam. "Masih gak boleh su'udzon sama si Salep itu, Bang?" tanya Arsen.

Julian masih dengan raut herannya. "Lo yakin ini perbuatan dia, Sen?"

Arsen menghela napasnya seketika, "Pak Andi tadi liat gak si Caleb macem-macem disini?" tanya Arsen pada Pak Andi.

"Liat, Tuan! Malah pas saya tanya, dia ngakunya disuruh sama Mas Julian untuk ngecek motornya. Abis itu dia buru-buru masuk mobilnya terus pergi. Maaf ya, Tuan. Saya teledor, saya kira, Mas Caleb beneran disuruh sama Mas Julian untuk ngecek motornya" ujar Pak Andi, menunduk.

Jukian terkesiap mendengarnya.

"Ya gak mungkin lah, Pak Andi! Harusnya kan Bapak juga liatin dia juga dong!" omel Arsen.

"Sen, udah... ini kan bukan sepenuhnya salah Pak Andi juga!" sergah Julian.

Arsen membuang napasnya, "Kali ini saya maafin ya, Pak! Tapi Bapak perlu tau! Kalo orang tadi itu... Si Salep panu itu... dia orang jahat, Pak! Kalo dia berani masuk kesini lagi tanpa undangan, Bapak langsung telpon aja polisi! Ngerti, Pak?"

"Siap, Tuan!" jawab Pak Andi.

"Yaudah, tolong suruh Pak Mukhlis bawa motornya ke bengkel, Pak!" suruh Arsen.

STUCK ON YOU (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang