Arsen terus menyandarkan wajahnya pada punggung Julian di motor tanpa memeluknya. Jalanan masih ramai, jadi dia tidak ingin membuat Julian merasa canggung di tempat umum hanya karena dia memeluknya di motor tersebut.
Tatkala Julian lalu bersuara saat dia berhenti di depan lampu merah. "Ada makanan gak di apartemen lu? Gue laper banget!"
Arsen mengangguk. Lalu bersuara lirih, "Arsen pesen duluan deh dari sekarang. Bang Yayan mau makan apa?" tanya Arsen, suaranya serak-serak basah.
"Apa aja" jawab Julian.
Arsen mengeluarkan ponselnya, lalu memesan makanan delivery online.
Dia memesan paket sop buntut dan nasi padang.Julian lalu bertanya pada Arsen, "Masih nangis?"
Arsen hanya diam tak menjawab. Julian pun tak bertanya apa-apa lagi selain membiarkan Arsen menenangkan hati dan pikirannya.
~
Di room apartemen milik Arsen, Julian begitu lahap menyantap sop buntut pesanan Arsen tersebut.
"Enak ya?"
"Lumayan. Tetep buatan Nyokap guelah yang paling juara! Ini karna laper aja gue!"
Arsen hanya tersenyum seketika. Lalu kembali pada nasi padangnya selera tidak selera.
Julian berhenti menggerakkan tangannya pada piringnya. Matanya terpaku pada Arsen yang terdiam melamun. Lalu Julian pun memegang lengan Arsen seketika dan bertanya dengan lembut, "Kenapa sih, Sen?"
Arsen tertegun kemudian memandangi Julian. Dia menggeleng.
"Ada masalah apa? Cerita!"
"Gak ada apa-apa. Udah lanjut makannya!"
"Gue gak mau makan lagi deh, kalo lunya begini! Jadi gak nafsu!" Julian meletakkan sendok dan garpunya di piring tersebut.
Arsen menelan ludah menatap Julian dengan saksama.
"Kenapa? Lo tadi nangis kenapa? Kangen Lumajang pas di toilet?" tanya Julian, niat melawak.
Namun Arsen sama sekali tak tertawa kala pikirannya masih tersekat pada segala ucapan Naufal tadi siang. "Naufal..."
Mendengar Arsen menyebut nama itu, mata Julian langsung menekuk. "Kenapa? Ngapain dia?"
"Arsen di cengin sama dia! Arsen dibilang homo! Sampah masyarakat! Katanya gak pantes tinggal di Indonesia hanya karena mental Arsen minoritas" jelas Arsen.
Julian melipat bibirnya. Matanya mengarah ke arah lain. Pikirannya kacau. Dia masih tak percaya. "Naufal bilang gitu ke elo?"
Arsen manggut-manggut. "Dia gak suka kalau Arsen deket-deket atau punya hubungan sama sahabatnya, yaitu Bang Yayan!"
Julian menahan sabarnya seketika. "Lo serius?"
Arsen manggut-manggut. "Dia bilang dia itu homophobic, Bang! Dia gak suka sama kaum LGBT apalagi gay!"
"Ckckckck... dasar tuh anak!" ujar Julian.
"Arsen pikir dia cuma becanda... taunya serius... mana pas Arsen teriak manggil Bang Yayan, dia malah bekep mulut Arsen, lagi. Yaudah. Arsen gigit aja tangannya kenceng-kenceng! Terus Arsen lari deh keluar!"
"Jadi tadi itu dia masih di dalem toilet?" tanya Julian.
Arsen mengangguk.
Julian lalu mempererat pegangan tangannya pada Arsen. "Lo sekarang mau gue apa? Lo maunya gue gimana ke Naufal!"
"Arsen gak minta Bang Yayan mesti ikutan benci ataupun bertindak kasar ke dia. Cukup bilangin aja, bukan cuma dia yang gak suka ke Arsen! Arsen juga gak suka sama dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Ficção AdolescenteWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...