Arsen mengganti bajunya, sementara Julian siap di sofa dengan berbagai makanan. Ia tak jenuhnya menunggu Arsen yang tengah berkaca di depan cermin dengan raut wajah yang tak tenang.
"Sen! Ayo dong... gue udah laper nih!" ujar Julian.
"Bang Yayan kalo makan duluan, makan aja!" ujar Arsen, sambil memandang bingung pada dirinya di cermin. Otaknya sejak tadi tak keruan.
"Gak mau! Gue nunggu lu aja!" cetus Julian.
Arsen seketika menghampiri Julian di sofa. Rapih tak rapih, dia tak peduli. Yang jelas, perasaannya kini tak menentu. "Bang... ada pesen dari Robert gak?"
Julian seketika menggeleng, "Enggak... kenapa?"
Raut wajah Arsen merasa tak tenang, "Gapapa. Abis makan, kita balik aja ya, Bang?"
"Loh, gak mau nyampe sore aja nih, kita disini?" tanya Julian.
Arsen terdiam lagi seketika. Dia berpikir. Tapi entah apa. Intinya, perasaannya mendadak tak nyaman.
"Ayo doong, makan yuk! Gue ambilin ya! Lo mau apa?" tanya Julian.
"Ambu SMS ke Bang Yayan gak?" tanya Arsen seketika.
"Ada!" jawab Julian, sambil sibuk mengambil makanannya.
"Oh ya? Apa katanya?" tanya Arsen.
"Biasa lah. Cuma nyuruh pulang!" jawab Julian seketika. "Kenapa sih? Makan aja kek! Ayo doong..."
Mata Arsen melotot seketika. Jantungnya serasa panas. Kerongkongannya terasa gatal. Lalu dia bergegas menghampiri ponselnya di meja kecil dekat ranjang. Dia pun turut mengaktifkan ponselnya tersebut.
"Arsen...! Makan dulu dong!" ajak Julian, yang sudah menyantap roti isinya.
"Bentar Bang!" Arsen tak sabar menunggu daya ponselnya menyala. Dan dalam seketika, rentetan missed call whatsapp dan juga chat masuk begitu saja. Dari Robert.
Seiring Arsen ingin membuka pesan chat tersebut, ponselnya mati tiba-tiba. Dia lupa mengisi daya baterai ponselnya. "Bangkeeee!!!"
"Kenapa sih, Sen?" tanya Julian, heran.
"Bang, kita mesti check out sekarang juga, Bang!" ujar Arsen, tak tenang.
"Iya, tapi makan dulu! Nanti kelaperan loh!" ujar Julian. "Ayo sini!"
Mata Arsen terbelalak, dia langsung menghampiri Julian lagi. "Pinjem hape Bang Yayan!"
Julian turut mengeluarkan ponselnya dari sakunya. "Nih..."
"Pinnya?"
"Tanggal jadian kita!"
Arsen turut menekan cepat angka 200819. Lalu dia menjuru pada kontak ponsel Julian. "Bang Yayan gak nyimpen nomor Robert???" tanya Arsen.
Julian menggeleng. "Gue gak tau nomornya yang mana. Dia suka gonta-ganti nomor! Tapi kalau lo tau nomornya, lu cek aja di history caller!"
Arsen seketika menjurus pada riwayat panggilan masuk di ponsel Julian.
"Eh, makan dulu ayo!" seru Julian.
Tok tok tok...
Suara pintu di ketuk membuat Arsen dan Julian saling berpandangan seketika.
Arsen dengan cepat menuju ke arah pintu dan melihat pada lubang pengunjung di pintu tersebut.
Robert.
Arsen segera membuka pintu. "Bert... kok lo tau kita disini???"
Julian turut berdiri dari duduknya, lalu berjalan menghampiri Arsen dan Robert di ambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Novela JuvenilWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...