"Hei..." Julian mencoba menyapa Arsen di perpustakaan. Arsen tengah bersama Nanto untuk mencari referensi tugas mereka. Namun Nantonya sedang ke toilet.
"Eh, Bang Yayaan..." Arsen antusias.
"Ssstttt..." seisi perpustakaan turut memberikan peringatan agar tidak berisik.
Arsen menutup mulutnya, malu.
"Jangan berisik... Ini kan lagi di perpus" ujar Julian.
"Iya, Bang!" jawab Arsen, suaranya terdengar seperti bisikan, namun sedikit besar. "Ada apa?"
Julian gemetaran. Dia gugup bukan main. Bibirnya gelagapan, tubuhnya sedikit berkeringat. "Mmm... g-gue..."
Arsen mengernyitkan keningnya, "Kenapa sih? Kok gugup gitu?"
"Mmm... Mmm..."
"Kenapa???"
"Lo lagi ngapain sih?" tanya Julian, pasrah.
"Nyari referensi! Buat karya ilmiah! Emang Bang Yayan gak mau ngerjain?"
"Oh iya, bahasa Indonesia ya?"
"Hmmm... kebiasaan deh, gak minat gitu kalo pelajaran bahasa Indonesia. Bang! Bahasa Indonesia tuh penting buat nilai akademis di ijazah tau!" cetus Arsen.
"Masa?"
"Iya!"
"Bantuin dong!"
Arsen memutar bola matanya, "Yaudah, nanti Arsen cariin topiknya, metode pengerjaannya. Nanti kita kerjain bareng ya!"
Julian mengangguk. "Makasih ya!"
"Iyaaaah..." Arsen kembali melanjutkan menulisnya lagi. Namun dia terperangah kala melihat pacarnya itu nampak gelisah dan tak tenang. "Ini kenapa lagi?"
"Hah??? Mmmm...." Julian gelagapan.
"Kenapa???"
"Besok malem... ada acara?" tanya Julian.
"Ada!" jawab Arsen.
"Hah??? Serius?" tanya Julian.
"Loh, kan tahlilan dirumahnya Bang Yayan! Gimana sih!"
"Iyah... maksud gue... abis tahlilannya?"
"Oooohhh... mmm... gak ada kayaknya... lagian malam sabtu juga kan! Emangnya kenapa??? Bang Yayan mau ngajakin jalan yaaaa???" tanya Arsen.
"Mmm... yaaaa gitu deh!" jawab Julian terbata.
"Ya ilaaaah... mau ngajakin jalan aja pake gugup gitu??? Ama pacar sendiri ini!" cetus Arsen.
Julian tertawa bingung, "Iyah"
"Emang mau kemana???" tanya Arsen.
"Liat nanti aja ya, Sen... gue juga masih bingung! Tapi akan gue usahain kok biar jadi! Tapi... ya... insha Allah... tapi gue... hhhm... pokoknya gue usahain deh!!!" Julian gelagapan.
Arsen menyengir tertawa tanpa suara, "Kenapa sih, kikuk amat? Paling juga ngajakin makan duren kan?"
Julian menelan ludahnya, menyengir bingung lagi. "K-kalo... belah duren gimana, Sen?" tanya Julian hati-hati.
Arsen terkekeuh, "Oooohhh... Bang Yayan mau ngajarin Arsen ngebelah duren??? Oke! Siap! Arsen mau kok!"
"B-bukaaaannnn duuuhh!"
"Terus???"
"Liat besok deh ya!"
"Iihhh... jangan bikin Arsen penasaran doooong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...