Arsen tak menjawab apa-apa selain lari dari kerumunan itu. Walau seisi lapangan berusaha memanggil-manggilnya, Arsen tetap pergi meninggalkan lapangan tersebut, meninggalkan teman-temannya. Meninggalkan Julian.
Nanto berjalan menghampiri Julian bersama Adit dan Anwar. "Lo sabar ya, Jul! Arsen cuma lagi butuh waktu aja kok"
Julian yang tertunduk layu itu hanya bisa menjawab, "Dia bener-bener pengen ninggalin gue, To!"
"Lo harus kuat, Jul! Lo harus tegar!" timpal Nanto.
"Bener tuh, Jul! Lo harus bisa mempertahankan cinta lo ke Arsen!" tegas Anwar.
"Bener Jul! Perjuangin cinta lo! Lawan apapun itu yang cuma jadi penghalang hubungan lo sama bos keong!" timpal Adit.
"Termasuk Ambu?" tanya Julian.
Semuanya terdiam. Para siswa di lapangan turut membubarkan diri.
~
"Ayo, Neng Zara! Silakan masuk! Ambu teh sudah menunggu sejak tadi" Ceu Mirah mempersilahkan.
Zara tersenyum manis pada Ceu Mirah, kemudian dia melangkahkan kakinya menuju ranjang Ambu di ruangan tersebut.
"Aduuuhhh, Neng Geulis..." sapa Ambu antusias. "Naik apa kesini, sayang?"
"Naik taksi online, Mbu" jawab Zara.
"Oohh iya iya!"
"Ini Mbu, ada kue brownis coklat buatan Mama buat Ambu. Maaf katanya Mama gak bisa dateng. Disitu juga ada pancake durian kesukaan Julian, Mbu" ujar Zara.
"Waduuh, pake repot-repot segala. Ambu jadi gak enak! Zara mau dateng kesini saja, Ambu sudah senang sekali" jawab Ambu.
"Gapapa, Mbu! Gak ngerepotin kok" balas Zara.
Ambu tersenyum sejenak. Lalu dia kembali memuji keanggunan Zara yang menurutnya kini sudah lebih dewasa dari Zara yang dulu. Rambutnya yang kian memanjang, turut membawa pesona tersendiri dan kesan elegan pada gadis muda tersebut. "Kamu teh, makin geulis saja ya sayang, ya?"
Zara tersenyum simpul, "Makasih Ambu! Oh iya, Ambu gimana keadannya sekarang?"
"Yaah, sudah lumayan lah, Neng! Tapi masih belum bisa pulang! Masih harus di cek terus sama dokter, ceunah" jawab Ambu.
"Ambu tolong di jaga kesehatannya. Ambu keliatan lemas sekali" ujar Zara sambil memegang lengan ringkih Ambu.
"Ambu mah, sudah tidak peduli lagi dengan kesehatan Ambu, Neng! Yang Ambu khawatirkan saat ini, justru masa depannya si Lian!" jawab Ambu.
"Julian akan baik-baik aja kok, Mbu! Dia kan lelaki yang pintar, tegas, cekatan pula"
"Iyah, Ambu teh paham. Dia memang anak yang pintar dan penurut. Tapi... semenjak si Arsen-Arsen itu mencuci otaknya. Dia teh sudah berubah drastis, Neng! Menih gelo pisan pokonya, mah! Makanya Ambu teh kepengen cepet-cepet menjodohkan kamu dengan si Lian"
Zara terdiam sejenak. Dia menarik napasnya pelan. "Ambu..."
"Ya? Kenapa sayang?" jawab Ambu.
"Ambu, maaf... Zara gak bisa melakukan perjodohan ini"
Ambu ternganga, "Naha??? Kenapa, geulis???"
Zara terdiam menelan ludahnya berat.
"Aaah, Ambu teh tau! Ini pasti ada kaitannya sama si Arsen bodor itu kan??? Sudah da itu teh tidak perlu kamu pikirkan lagi! Biar itu teh jadi urusan Ambu saja"
"Saya sudah punya pilihan saya sendiri, Mbu!" jawab Zara seketika.
"Pilihan?" ulang Ambu.
"Ya! Saya gak suka di jodoh-jodohkan seperti ini! Karena saya telah memiliki pasangan yang adalah pilihan saya sendiri!" timpal Zara, matanya mulai berkaca. "Karena perjodohan ini saya dipaksa harus meninggalkan pacar saya oleh Mami saya. Sedangkan saya, sudah sangat begitu mencintainya"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...