"Waow, nasi uduk!" Arsen menyeru penuh antusias begitu dia selesai ganti pakaian dan bersiap untuk sarapan. Dia duduk berhadapan dengan Julian di meja makan.
"Lama banget sih, gue udah mau mati kelaperan kayak gini!" ujar Julian.
"Lah, kenapa Bang Yayan gak langsung makan aja kalau gitu?" tanya Arsen.
Julian mendengus geram, "Lu tuh gimana sih? Bukannya lu sendiri yang nyuruh nungguin lo sarapan bareng?"
"Oh jadi beneran Bang Yayan lakuin?? Ciyeee Bang Yayaaaan... so sweet banget sih! Kapan-kapan jadian yuk!" ledek Arsen.
Julian geleng-geleng sambil memutar bola matanya. Lalu dia melahap suapan pertamanya dengan ganas. Kemudian dia berujar, "Gak tertarik!"
"Emangnya bener gak sayang sama Arsen?"
"Gak ah! Gue kalo sayang sama lu, semuanya ribet!"
"Belum dicoba udah bilang ribet!"
"Coba sekali lagi ngomong!!!" cetus Julian, "Terakhir kali gue nyoba, yang terjadi apa? Kebuka kan kedok lu!"
"Masih di bahas aja! Gak aus apa?" cetus Arsen.
"Wajiblah di bahas terus. Biar masuk ke otak lu, terus lu pikirin baik-baik! Biar gak bego, ngulangin lagi" cetus Julian.
"Iya" jawab Arsen pelan sambil mengaduk-aduk makanannya.
Julian menyantap sesuap nasi uduknya lagi sambil memperhatikan Arsen yang menuduk dengan tangan yang terus mengaduk-aduk nasi uduknya.
Julian mencetus lagi, "Eh, di makan! Malah di aduk-aduk!"
Arsen yang masih menunduk seketika manggut-manggut. Lalu dia menyantap makanannya sambil terus menunduk.
Julian mengernyitkan keningnya bingung, "Oy, lu kenapa sih?"
Arsen masih terus menunduk sambil mengunyah.
"Arsen! Lu kenapa?"
Arsen menggeleng kemudian membalikkan badannya menghadap tembok. Tangan kirinya memegang piring sementara tangan kanannya memegang sendok. Dia tidak makan di meja makan. Lebih tepatnya membuang pandangannya dari Julian.
Julian semakin bingung dan menarik lengannya pelan, "Sen... lu kenapa sih?"
Arsen menguatkan lengannya agar Julian tak berhasil membalikkan badannya menjadi ke arahnya lagi.
"Arseeenn!!!" panggil Julian.
Seiring Julian melihat Arsen menyeka matanya dengan siku kanannya. Disanalah Julian tahu bahwa Arsen tengah menangis dan berusaha menyembunyikan tangisannya sembari menyantap makanannya.
Julian merasa bersalah seiring menghampiri Arsen. Dia berjongkok di hadapan Arsen yang duduk.
Benar saja, wajah Arsen sudah merah dan basah. Padahal tadi Julian melihatnya begitu tampan dan wangi sehabis mandi. Julian merasa sangat bersalah karena baru kali ini perkataannya membuat Arsen menangis.
"Udah udah, jangan nangis... Gue minta maaf ya... gue minta maaf" ujar Julian
Arsen manggut-manggut tanpa suara. Lalu Julian turut menghapus sisa air matanya. "Maafin gue ya..." ujar Julian sekali lagi.
Arsen terus mengangguk.
"Ayo makan lagi. Kan mau ke sawah"
Bujukan lembut Julian berhasil membuat Arsen kembali menghadap meja makan dan menyantap makanannya disana.
Julian pun kembali pada tempat duduknya dan kembali menyantap nasi uduknya sambil terus memandangi Arsen. Kedua lelaki itu merasa bahwa suasana sarapan kali ini tidak terasa hangat seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Roman pour AdolescentsWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...