Chapter 47

3.3K 308 70
                                    

"Ap-apa?? Pacaran???" ulang Arsen seketika. Ia gelagapan tak percaya.

"Iya! Pacaran!" jelas Julian.

Mata Nanto sudah melotot ke arah Arsen. Mengisyaratkan agar Arsen jangan sampai luluh dan gagal dalam misinya.

Arsen masih gelagapan. Sesekali melirik Julian, sesekali melirik Nanto. Namun matanya seakan tak kuat untuk menatap Julian lama-lama. Hingga akhirnya dia memilih untuk menolak, "Gak ah! Gue gak mau!" jawab Arsen.

"Yakin nih, gak mau? Bang Yayan loh, yang nawarin diri" ujar Julian lagi.

"Bodo amat!" jawab Arsen ketus.

Julian tetap dengan senyuman manisnya. "Yaudah, kalau lu gak mau sekarang juga gapapa!" Julian memasukkan ponselnya lagi ke sakunya. "Tapi besok, gue akan coba lagi! Siapa tau besok berubah pikiran!"

"Dih!" Arsen bergidik.

"Lu, kenapa jadi lebay gini sih, Jul?" tanya Nanto, "Sakit jiwa lu ya?"

"Sssstttt!!! Gue gak lagi ngomong sama lu, Madaaam!!!" cetus Julian.

Nanto hanya memberikan ekspresi wajah heran pada Julian.

"Inget ya, Tuan Mudaku Arsen... Besok Bang Yayanmu yang ganteng ini akan coba lagi!" ujar Julian pada Arsen.

"Heh! Gajul! Jawaban gue tetep sama besok!" ujar Arsen.

"Yakin?" tanya Julian lagi.

Arsen tertegun. Dalam hatinya dia sedikit meleleh, namun dia harus berusaha kuat untuk melawannya. Ini baru hari pertama untuk menghindari dan belajar bersikap biasa saja pada Julian. Tapi ia sudah dibuat terenyuh oleh Bang Yayannya itu.

Jujur saja, melihat tingkah Julian yang aneh mendadak seperti ini sangat mengingatkannya akan dia dulu. Kini Ia merasa bagai sedang berkaca di hadapan Julian. Inikah yang dinamakan karma sederhana.

"Yakin laah! Ar- Mm.. gue yakin, seyakin-yakinnya!!!" jawab Arsen hampir keceplosan.

"Kalau gitu gue akan coba terus! Dan gak akan nyerah, Sen! Kalo perlu, sampe dunia terbalik!" jawab Julian.

"Serah lo deh, Jul!" jawab Nanto.

Lalu Julian kembali ke bangkunya sambil memberikan kiss bye pada Arsen. Arsen sedikit canggung melihatnya. Seketika seisi kelas pun bersorak ria, "Ciyeeeeeee Yayang Arseeeeennn!!!"

Arsen hanya mengernyitkan kening sambil geleng-geleng ke arah teman-temannya itu.

Sedangkan Julian kembali melirik Arsen dengan manis dari tempatnya duduk. Lalu dia tersenyum manis sambil membuka buku Bahasa Inggrisnya.

Sementara Arsen dalam hati, mulai sedikit terkagum dengan sikap Julian padanya barusan. Dia tersenyum lebar tanpa Julian melihat ke arahnya. Julian jangan sampai tahu arti senyumnya.

~

Jam istirahat kedua, Julian menghampiri kedai cimolnya Mbak Dwi dan membeli seporsinya.

"Mbak Dwi! Cimolnya satu! Yang enak ya!"

"Rasa apa, Mas Julian?" tanya Mbaj Dwi.

"Rasa Arsen deh!" jawab Julian.

Mbak Dwi menekuk alisnya, "Rasa Arsen? Rasa Arsen tuh kayak gimana toh, Mas?" tanya Mbak Dwi.

"Pedesss!!!"

"Ooohh, beres, Mas!" Mbak Dwi langsung membuatkan seporsi cimol tersebut untuk Julian.

"Saya lagi di pedesin sama si Arsen, Mbak!" ujar Julian tiba-tiba.

"Lhaaa, kok Masnya malah curhat? Ini cimolnya!" seru Mbak Dwi sambil memberikan seporsi cimol tersebut pada Julian.

STUCK ON YOU (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang