Sesampainya Julian di rumah sakit, dia langsung saja masuk ke kamar pasien Ambu. Disana terlihat Ambu yang terbaring lemah dan tak berdaya. Namun dia nampak tersenyum seketika kala melihat Julian muncul dari pintu.
"Liaaaaann..." sapa Ambu penuh semangat.
Julian seketika menitihkan air matanya dan menghampiri Ambunya. "Maafin Lian, Mbu! Lian udah gak patuh sama Ambu. Lian kabur dari rumah!"
"Tidak apa-apa, Lian! Yang penting, sekarang kamu teh sudah disini!" ujar Ambu.
Julian tersenyum lebar pada Ambu.
"Kamu jangan kabur-kaburan lagi atuh! Yah! Ambu teh panik, cemas sampai sakit seperti ini, Lian!" jelas Ambu.
Julian mengangguk mantap, "Lian janji, Lian gak akan kabur-kaburan lagi, Mbu!"
"Syukur Ahamdulillah, atuh kalau begitu! Ambu teh senang mendengarnya" jawab Ambu.
Ceu Mirah hanya bisa tersenyum menyaksikan kebahagiaan Ambu.
Lalu Ambu melanjutkan, "Sehabis lulus, Ambu teh akan menjodohkan kamu dengan Zara! Kamu masih ingat kan, Lian? Ibunya teh kan sahabatan sama Mama kamu!"
Mendengar Ambu berkata seperti itu, Julian setengah melotot sambil menelan ludahnya. "Di jodohin, Mbu?" ulang Julian.
"Atuh iyah! Kawin gantung aja dulu! Setidaknya kan, kamu teh sudah punya ikatan! Jadi kamu teh tidak bisa..."
"Tunggu dulu, Mbu! Tunggu dulu!" Julian mengangkat kedua tangannya. Membuat Ambu dan Ceu Mirah menjadi bingung. Lalu Julian melanjutkan, "Lian memang gak akan kabur-kaburan lagi dari Ambu. Lian akan patuh kok sama semua perintah Ambu! Tapi kalau harus Julian berpisah dari Arsen, Lian gak bisa, Mbu! Lian gak sanggup!"
Ceu Mirah melotot mendengarnya, terlebih Ambu yang semakin sungut.
"Kamu teh masih berhubungan juga sama si lalaki biadab itu??? Iya Lian???" tanya Ambu, suara tinggi.
Ceu Mirah turut menghampiri sisi Ambu dan berusaha menenangkannya.
Julian manggut-manggut. "Berapa kali Julian bilang kan, Mbu! Lian sayang sama Arsen! Lian gak mau kehilangan Arsen!"
"Tega kamu teh, Lian!!!" teriak Ambu, lalu dia bertanya pada Mirah, "Mirah! Kamu temui dimana si Lian??? Jawab!!!"
Ceu Mirah gelagapan, "Ambu teh tenang dulu, atuh! Sabar, Mbu!"
"JAWAB MIRAH!!! TEU MOAL TENANG AING TEH!!!"
"A Lian teh... tinggal di rumahnya Arsen, Mbu!" aku Mirah.
"Astaghfirullahal adziiiimm... bener-bener kamu teh, Lian! Tega sekali kamu sama Ambu!" tangis Ambu menjadi.
"Mbu! Lian bukannya mau tega apalagi durhaka sama Ambu! Tapi Lian juga berhak memilih atas hidup Lian sendiri! Lian cinta sama Arsen, Mbu!!!" jelas Julian.
"Tapi cinta kamu teh terlarang, Liaaaaannn!!! Masya Allaaaahh... menih bodor pisan kamu teh! Otak kamu teh dimana, Lian??? Kamu itu kan lalaki, masa bisa suka juga ka lalaki? Atuh yang bener aja kamu mah ih!" cetus Ambu.
"Lian tau cinta Lian ke Arsen memang sangat haram dan terlarang, Mbu! Tapi Ambu juga harus belajar ngerti, kalau Lian sama Arsen juga gak pernah meminta ini! Kami berdua dilahirkan sama sekali tidak menginginkan hal ini!" cetus Julian.
"Ambu tau! Makanya Ambu teh mencoba untuk menjodohkan kamu dengan si Zara! Supaya apa? Supaya kamu teh pelan-pelan akan bisa ngelupain si Arsen, Lian!" cetus Ambu.
"Tapi Lian gak bisa pisah dari Arsen! Apalagi kalo sampe harus ngelupain dia! Lian gak sanggup, Bu! Lian cinta sama Arsen!"
"Cinta akan datang karena terbiasa, Lian! Kamu pasti akan bahagia dengan pilihan Ambu! Belum lagi kamu teh juga harus tahu diri! Arsen itu orang yang sangat kaya raya! Kamu teh apa? Cuma lelaki bermodal cinta! Suatu saat cinta kamu teh akan dihianati oleh si Arsen! Dia pasti akan mencari seseorang yang jauh lebih baik dari kamu, Lian!" tegas Ambu.
Julian geleng-geleng, "Enggak, Mbu! Arsen gak seperti itu! Dia bukan tipikal orang yang seperti itu! Lian rasa Ambu begitu kenal dengan dia!"
"Ya! Ambu memang kenal sama dia, dia memang orang yang baik! Tapi Ambu gak suka kalau ternyata kebaikannya teh hanya sekadar karena ada maunya saja sama kamu!"
"Mbu! Tolong jangan berasumsi yang terlalu jauh sama Arsen, Mbu! Dia udah berkorban banyak untuk Lian! Untuk keluarga kita!"
"Berkorban apa??? Wilma anak Ambu satu-satunya teh mati gara-gara dia! Rumah Ambu??? Kebakar karena dia! Sebelum kenal dia mah, da gak pernah Ambu mah tertimpa musibah berlipat-lipat seperti ini!"
"Tapi dia udah memperbaiki rumah Ambu, Mbu!!! Apa itu gak cukup? Apa hanya kesalahan orang lain saja yang Ambu tanamkan dalam hati Ambu???"
"Diam kamu, Lian!!!" teriak Ambu seketika.
Julian terdiam dan tertegun.
Ambu melanjutkan, "Ikuti mau Ambu! Tinggalkan dia! Atau Ambu akan bunuh diri, dan mewasiatkan kamu untuk tinggal di pesantren seumur hidup kamu!!!"
Mata Julian berkaca-kaca, bibirnya gemetar hebat. Seakan ingin mati saja, tapi hati dan jiwanya kerap termangu pada satu nama, Arsen.
"Ambu tega sama Lian???" tanya Julian.
"Itu sudah keputusan bulat dari Ambu! Kamu teh tidak berhak mengganggu gugat lagi!" tegas Ambu.
"Lian pikir... Ambu orangnya baik dan penyayang! Tapi nyatanya saya salah! Makasih, Mbu! Makasih! Semoga Ambu dan segala ambisi Ambu untuk memisahkan saya dan Arsen, akan menuntun Ambu ke surga! Walau kami berdua harus sengsara di neraka!!!"
Ambu dan Ceu Mirah melotot seketika dengan ucapan Julian barusan. "Astaghfirullahal adziimm..." Ceu Mirah beristighfar.
"KAMU TEH NYUMPAHIN AMBU???" teriak Ambu.
Julian menggeleng dalam isaknya. Dia tersenyum, "Enggak, Mbu! Saya gak nyumpahin! Tapi itu doa saya!!! Julian Januar!!!" Julian langsung pergi setelah itu meninggalkan ruangan tersebut.
Ambu hanya bisa beristighfar, menyapu dada sambil menahan tangisnya. Ucapan Julian barusan amatlah menyakitkan untuk hatinya.
Sedang Julian berlari ke rooftop rumah sakit, sambil berteriak sekencang-kencangnya di atas sana.
Tangis Julian pecah. Wajahnya merah. Kekesalannya begitu teramat. Hidupnya penuh dengan sanksi. Sedang cintanya hanya satu seorang.
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...