"Sudah, bubar bubar!!! Bubar semua!!!" teriak Pak Rinto saking paniknya.
"Huuuuuuuuuuuu!!!" teriak para siswa di lapangan tersebut. Kemudian pergi meninggalkan lapangan, begitu juga dengan Arsen dan Julian.
Seiring saat lapangan itu mulai menyepi dan tersisa Kepsek serta Pak Rinto saja, mereka pun tertegun seketika.
"Apa saya bilang, Pak Rinto! Mengeluarkan Arsen dari Bakti Perwira bukanlah perkara yang mudah. Bapak liat sendiri kan, betapa banyaknya pro dan dukungan dari sahabat-sahabatnya Arsen barusan, hampir seluruh kelas dua belas, pula. Terlebih, Ayah Arsen itu adalah donatur terbesar disekolah ini. Mau ditaruh dimana muka kita, Pak???" tegas Kepsek.
"Bapak kepala sekolah yang saya hormati, saya tahu itu, Pak! Tapi, Pak... apa kata orang nanti, kalau sekolah kita ini mendukung keras peran LGBT? Terlebih para orang tua! Lagipula, yang membela Arsen tadi kan hanya kelas dua belas saja. Itu sudah pasti konspirasi, Pak!" cetus Pak Rinto menghasut.
"Lantas Bapak inginnya seperti apa? Seluruh kelas dua belas di keluarkan dari sekolah ini, begitu???" tanya Kepala Sekolah. "Lagipula, kenapa sih, Pak Rinto ini terkesan arogan dan sangat diskriminatif pada siswa yang memiliki kelainan seksual???" cetus Kepsek.
"B-bukan begitu, Pak Kepala Sekolah! Justru saya ingin melindungi Bakti Perwira dari adanya hal-hal buruk seperti ini!" cetus Pak Rinto.
"Ah, sudahlah! Kalau Pak Rinto masih bersikeras juga agar Arsen dan Juliam di keluarkan dari sekolah ini, saya akan mengundang Ayah dari Arsen, agar dapat bersitatap dengan Pak Rinto!" cetus Kepala Sekolah, "Biar Pak Rinto sendiri saja yang adu diskusi dengan beliau!"
Pak Rinto gelagapan, "T-tapi, Pak???"
Kepala Sekolah mengangkat tangan dan keluar meninggalkan Pak Rinto di tempatnya. Pak Rinto sendiri malah khawatir dan cemas atas keputusan Kepala Sekolah.
~
"Arsen gak mau keluar dari Bakti Perwira, Bang! Arsen gak mau!!!" cetus Arsen di dalam kelas bersama Julian dan teman-teman sekelasnya. Disana juga ada Robert yang berdiri disisi meja guru.
Robert menatap Arsen dengan prihatin, kesedihannya tak urung berhenti.
"Yaudahlah, Sen! Kalaupun lu keluar, kan sama-sama ama gue, keluarnya!" cetus Julian.
"Bener tuh, Sen! Lagian lu gak liat tadi semua kelas dua belas angkatan kita pada ngedukung lu!" timpal Nanto.
"Tapi gue gak mau itu terjadi, Tooo!!! Apalagi kalau sampe Julian beneran keluar dari sekolah ini. Ambu pasti bakal tambah marah sama gue! Bukannya reda, dia malah semakin benci sama gue, To!" jawab Arsen.
Julian bergeming membenarkan ucapan Arsen barusan.
"Lagian... sekolah ini tuh begitu berarti buat gue. Tanpa sekolah ini... gue gak akan bisa ketemu dan kenal sama Bang Yayan... sama kalian semua..." sambung Arsen.
"Aaaaaaaaaaaa..." seisi kelas terharu seketika.
"Dan gue juga gak mau, kalian semua berkorban buat gue, gays!" ujar Arsen.
Anwar pun turut berdehem, mengoreksi, "Sorry, Sen... gue potong... guys, Sen! Bukan gays! Pake U!"
"Aahh, bacot ae lu! Biarin aja si Arsen ngomong gays, orang kelas ini aja isinya pendukung gay semua!!!" timpal Adit, "Iya gak temen-temen???"
"Iyeeeeee!!!" teriak seisi kelas, kemudian tertawa terbahak-bahak.
Arsen dan Julian pun turut tertawa seketika.
"Dit... gue tolong beliin healthy milk dong di kantin!" pinta Julian seketika.
Adit menggaruk-garukan kepalanya. "Healthy milk kayak gimana dah???"
Anwar mencetus, "Itu loh, yang susunya sapi, kalengnya logo beruang, iklannya naga putih!"
"Emangnya ada ya naga putih? Naga apaan tuh???" tanya Adit, bingung.
"Suseh ama orang gak pernah minum susu!!!" cetus Anwar.
"Pernah si!" jawab Adit.
"Masa???"
"Iye! Susu lu kan gue sering kenyot!" cetus Adit.
"Ciyeeee... Adit Anwaaarr...." ledek seisi kelas.
"Kampret!!!"
~
"Ada masalah apa ya, Pak dengan anak saya?" tanya Daddy Arsen, kala dia mendapat telpon via whatsapp dari kepala sekolah dan menyuruhnya untuk ke sekolah.
"Ah, maaf, Pak Arkan... mungkin ada baiknya agar masalah ini dibicarakan di sekolah saja, Pak! Agar tidak patah kata dan salah paham" ujar kepala sekolah dari telpon.
"Baik! Saya akan pulang ke Indonesia sekarang juga!" cetus Daddy Arsen.
Kepala Sekolah melotot, "Loh, memangnya Pak Arkan sedang tidak ada di Indonesia???" tanya Kepala Sekolah, namun Daddy Arsen sudah memutus percakapan dari telponnya tersebut.
Arkan langsung saja menelpon Robert dengan cepat. "Halo!"
"Ya, Tuan???" ujar Robert sambil keluar dari kelas Arsen agar dapat berbicara dengan nyaman di telpon.
"Ada masalah apa di sekolah Arsen, Bet?" tanya Arkan.
Mata Robert berputar bingung. Darimana Tuan Besarnya itu tahu kalau Arsen ada masalah. Tandanya, pihak sekolah sudah menghubunginya barusan. "Mmm... Tuan Muda... di keluarkan dari sekolah, Tuan!" ujar Robert hati-hati.
"Hah??? Dikeluarkan???" ulang Arkan.
"Iya, Tuan"
"Kenapa??? Kenapa bisa Arsen sampai di keluarkan dari sekolah???" tanya Arkan, marah.
"Tenang dulu, Tuan. Sabar... Jadi... pihak sekolah sudah tahu tentang hubungan Tuan Muda dan Julian, Tuan! Jadi, mereka berdua tadi akan dikeluarkan oleh pihak sekolah. Untungnya para kelas dua belas turut membantu untuk mendukung Arsen dan Julian, sehingga kejadian pun dibubarkan oleh kepala sekolah!" aku Robert.
"Astaga... lantas, bagaimana dengan Arsen dan Julian? Mereka pasti tertekan sekali sekarang!" ujar Arkan penuh kecemasan.
Robert mengiyakan, "Ya begitulah, Tuan!"
"Robert! Dengar ini baik-baik! Saat ini juga, kamu cari pesawat untuk kepulangan saya ke Indonesia! Dan kamu juga tolong cari tau nomor telpon pemilik yayasan SMA Bakti Perwira! Bisa di mengerti???"
"Siap, Tuan! Saya akan segera melaksanakannya" jawab Robert.
"Bagus! Saya besok akan datang ke sekolah Arsen!" cetus Tuan Besar lagi.
"Siap, Tuan!"
"Oke, terima kasih sayang!" ujar Daddy Arsen pada Robert.
Seiring Robert tertegun dengan ucapan Tuannya barusan. Dia ingin membalas ucapan tersebut namun telpon sudah keburu ditutup oleh Arkan. Lantas Robert pun hanya dapat tersenyum penuh arti dan tersanjung.
TO BE CONTINUED...
Segitu dulu ya malam ini, maaf, tadi ada acara keluarga, jadi aku cuma bisa usahain segini dulu ya dari tadi siang. Terima kasih semuanya. Selamat beristirahat
❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Novela JuvenilWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...