Seiring Julian pun melepas pelukannya lalu berjalan ke dalam rumahnya lagi. Dia pun mengganti pakaiannya dengan segera.
Arsen pun bergeming diam di kamar mandi, kemudian dia turut membilas badannya kembali. Seiring pandangannya terjatuh pada gumpalan plastik hitam yang mencongol keluar dari dinding. Arsen pun mengernyitkan keningnya sejenak. Lalu dia membuka gumpalan plastik tersebut hingga terlepas sempurna. Terang saja, Arsen terkesiap begitu melihat sebuah kran air di dinding tersebut. Arsen lalu memutar gagang kran tersebut dan ternyata air tersebut keluar dari lubang kran dengan sempurna. Kran itu masih berfungsi dengan baik. "Kok gue baru ngeh dari tadi?"
Setelahnya Arsen kembali menghampiri kamar Julian. "Bang Yayan udah gapapa?"
Julian seketika menggelengkan kepala.
"Arsen tau Bang Yayan punya phobia. Tapi kalau Bang Yayan phobia, terus sakit begini, Arsen gak pernah liat Bang Yayan minum obat!" ujar Arsen.
"Ngapain minum obat? Gak bakal ngaruh juga buat gue!" jawab Julian.
"Bang Yayan masih marah aja ya sama Arsen?" tanya Arsen.
Julian terdiam seketika.
Arsen melanjutkan lagi, "Masih belum bisa maafin Arsen gara-gara Caleb? Arsen tau kok Bang Yayan masih marah!"
"Apaan sih! Lebay lo!" ujar Julian pelan sambil mengurut dadanya.
"Arsen tau Bang Yayan ngerjain Arsen! Ngumpetin kran air supaya Arsen harus nimba air dulu buat mandi. Nyuruh-nyuruh Arsen nyangkulin tanah di sawah, padahal tanahnya udah gembur! Bang Yayan mau menghukum Arsen karena masalah kita?"
"Gak ada sangkut pautnya sama masalah kita!"
"Ya terus? Buat apa Bang Yayan ngelakuin itu semua?"
"Gue cuma pengen lo mandiri! Gue pengen lo tau kalau hidup itu gak semudah seperti hidup lo! Gue pengen lo gak selalu memaksakan semua atas kehendak lo!"
"Tetep aja, niatnya ngerjain Arsen, kan?"
"Gak! Gue gak ngerjain lo!"
"Ngerjain!"
"Kalau gue ngerjain, ngapain juga gue harus praktekin semua yang gue suruh ke lo?" cetus Julian.
Arsen terdiam sejenak.
"Arsen emang terlalu maksain Bang Yayan, ya?" tanya Arsen.
"Menurut lu?"
Arsen terdiam gelagapan. Tak mengerti lagi untuk berargumen, "Tapi kenapa Bang Yayan juga suka sama Arsen? Bahkan mau nembak Arsen!"
Giliran Julian yang dibuat bungkam oleh Arsen. Julian terdiam tak bersuara.
"Arsen tau kok, Bang Yayan juga punya perasaan yang sama ke Arsen! Arsen bisa rasain itu! Bang Yayan gak perlu ngelak lagi!" ujar Arsen.
Julian masih diam untuk beberapa saat. Sampai seketika, dia pun hanya berkata, "Badan gue gak enak. Gue mau istirahat!"
Arsen diam lalu menutup pintu kamar dan membiarkan Julian tidur disana.
~
Malam harinya Julian pun demam dengan kondisi badan yang begitu lemas. Arsen turut cemas dan memberitahukan hal ini pada Ambu.
"Terus gimana, Mbu? Kita bawa aja ke rumah sakit, atau ke puskesmas, Mbu!" ujar Arsen, gundah.
Ambu sambil mengompres kening Julian dengan handuk kecil itu tersenyum tenang menjawab, "Gak perlu! Inimah cuma di kasih jamu buatannya Ambu saja"
"Ambu bisa bikin jamu?" tanya Arsen.
"Tidak ahli semua jamu, cuma jamu turun temurun aja. Kamu tunggu sebentar disini ya. Temenin dulu Liannya" ujar Ambu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Novela JuvenilWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...