Chapter 14

4.1K 407 32
                                    

Randai dan Nanto tertegun mendengar kalimat Arsen yang begitu tegas. Terlebih Julian yang benar-benar melihat perbedaan Arsen  kini dengan kemarin-kemarin.

"Jadi lu gak mau bantu gue?" tanya Julian dengan suara pelan.

Arsen hanya menatap lurus ke depan. Tak menatap mata Julian. Air matanya jatuh. Dia mencoba meneguhkan pendiriannya walau berat. Dia ingin memberikan Julian pelajaran. Walau sisi hatinya yang lain, berteriak bahwa ini adalah satu kesempatan yang bagus. Tapi ketika melihat wajah Nanto yang tengah memperingatkannya, niatnya pun menjadi urung. "Itu kan masalah lo! Lagian juga gue gak pernah ngaku-ngaku jadi pacar lu!" cetus Arsen.

Julian menelan ludahnya. Menyimak tiap perkataan yang keluar dari mulut Arsen.

"Sen... are you okay?" tanya Randai.

"Aku mendadak gak nafsu makan, kak" ujar Arsen lalu dia berdiri dan pergi meninggalkan ketiga orang itu.

Julian tertunduk layu. Ini pertama kalinya dia merasa bahwa dirinya sama sekali tak berguna. Entah kenapa, begitu di tolak oleh orang yang selama ini mengejar-ngejarnya, mendadak membuat hatinya lebih sakit dari biasanya.

~

Arsen berlari ke toilet sekolah, lalu dia menangis disana. Dia mengambil tissue di dekat mesin drying hand. "Bego bego bego!!! Arsen bego!!!"

Dia mencoba menyeka wajahnya sambil menatap dirinya ke cermin. "Kenapa lu jadi gini, Sen? Dia sama sekali gak salah apa-apa! Sedang orang yang membuat satu kesalahan besar ke lo, lo bisa maafin. Tapi kenapa Julian... ah, shit!"

Arsen mengutuk diri dengan kebodohannya sendiri. Melihat wajah Julian yang meratap seperti tadi, membuatnya merasa seperti orang paling jahat di dunia. Padahal itu satu-satunya kesempatan untuk lebih dekat dengan Julian, kesayangannya.

Arsen bego.

~

Arsen menatap punggung Julian dengan lamat. Kelas itu terasa hening walaupun terlihat ramai dan bising. Julian yang sedang berusaha fokus mengerjakan tugas biologinya semakin terlihat menenangkan dengan diamnya.

Seiring Julian mendongak dan menoleh ke arah Arsen. Arsen dengan cepat pun memalingkan pandangannya dari Julian.

Julian memandang Arsen dengan saksama. Dia tahu orang itu masih kecewa, atau mungkin sangat marah padanya soal tadi. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kecuali... Meminta maaf.

Ya. Julian harus meminta maaf pada Arsen, dan tidak lagi membahas apapun tentang Zara dan perintahnya yang membuat semuanya berantakan. Julian pun bersiap untuk berdiri dan menghampiri tempat duduk Arsen di kelas itu. Tapi seketika, Bu Sinta masuk ke kelas dan membuat niatnya menjadi urung. Bangke.

Arsen kembali mencuri pandangan ke arah Julian. Dalam hati dia bergumam, "Kenapa sih, gak negor? Gak usah minta maaf, cukup senyum aja ke Arsen, pasti Arsen langsung ngelupain semuanya. Bang Yayaaan... baru dua puluh menit Arsen marah ke Bang Yayan, tapi udah kangen banget. Nyebelin kan?"

~

Julian pulang naik ojek online pesanannya seperti biasa. Di perjalanan, dia selalu kepikiran tentang Arsen yang masih marah kepadanya. "Cckk!!! Kenapa jadi kepikiran gini sih, ah!!!"

"Kenapa Mas?" tanya supir ojek tiba-tiba.

"Gak, Bang!" jawab Julian.

"Oh iya iya"

Julian turun dari motor ojol tersebut dan membayar ongkosnya. Dia mendengus kesal kala di depan pintu pagarnya sudah ada Zara yang menunggu kepulangannya dari sekolah.

STUCK ON YOU (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang