Arsen mencoba mengatur napas dalam tangisnya. Ia masih sesenggukan mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
Julian menyeka wajah Arsen yang sudah banjir dengan air mata. "Udah jangan nangis ya! Udah gede!"
Arsen manggut-manggut.
Julian lalu mengambil gelas air mineralnya dan menyodorkannya pada Arsen. "Minum dulu"
Arsen pun turut meminum air mineral tersebut.
Lalu kemudian seseorang mengetuk pintu, Arsen langsung terdongak dan terkesiap. "J-jangan dibuka!"
"Kenapa?" tanya Julian, heran.
Arsen hanya menggeleng.
Lalu Julian pun turut berteriak ke arah pintu, "Siapa???"
Orang di balik pintu pun bersuara, "Duriannya, Mas!"
"Oh, duren, Sen!" ujar Julian pada Arsen.
Arsen lalu berdiri dan mengambil dompetnya di kamar. Kemudian dia menghampiri pintu depannya.
Arsen pun turut membayar durian montong pesanannya, kemudian ia kembali pada Julian dan mengunci pintu depan rapat-rapat. "Makan dulu, Bang!"
"Piso dimana?" tanya Julian.
Arsen lalu berjalan mengambil pisau di dapurnya. Kemudian kembali menyerahkan pisau itu pada Julian.
Julian menerima pisau tersebut dengan raut wajah yang masih penuh tanya pada Arsen. Seketia Julian pun langsung membelah durian itu.
Arsen kemudian tersenyum melihat Julian yang berusaha membuka durian tersebut. Nampak lucu dengan ekspresi wajah yang menggemaskan.
Julian terdongak seketika, "Eh, bantuin! Malah cengar-cengir aja!"
"Bisa gak, Bang???" ledek Arsen
"Tau ah!" Julian kembali membuka durian tersebut dan durian itupun terbelah dengan sempurna. "Naaahhhh... Alhamdulillah... Ayo makan! Duren montong nih, Sen!!! Pasti mahal ya? Gede gini!" cetus Julian sambil melahap satu daging durian di tangannya.
Arsen tersenyum dan menggeleng, "Gak ah! Bang Yayan aja makan ya! Biar kuat!"
Julian lalu tertegun dan berhenti memakannya. "Kalo lu gak mau makan, gue juga gak mau!!!" dia menaruh daging duriannya tadi ke dalam belahan kulit durian tersebut.
Arsen terperangah, "Yaah, kok gitu?"
"Ya lu makan juga dong! Lu pikir gue bisa apa, makan durian segede ini? Bisa mati keliyengan gue!" cetus Julian.
"Kan bisa dibawa pulang!"
"Jangan ngebantah!"
"Iya iya!" Arsen pun menurut dan menyantap durian tersebut pelan-pelan.
"Enak kan?" tanya Julian.
Arsen mengangguk.
Kemudian Julian pun membuka topik pembicaraan serius, "Jadi tadi tuh kenapa???"
Arsen terdiam menundukkan kepalanya.
"Masih gak mau cerita?" tanya Julian.
Arsen mengangguk.
"Yaudah, gue gak maksa! Tapi lu harus inget! Kalo ada orang yang nyakitin batin atau fisik lu, lu bilang ke gue ya!!!" tegas Julian.
Arsen tersenyum, "Emangnya mau diapain kalo bilang-bilang ke Bang Yayan?"
"Gak tau! Ya bilang aja dulu! Tapi yang jelas, gue gak akan tinggal diem!" ujar Julian.
Arsen tersenyum dan mengangguk. "Iya. Makasih ya Bang Yayan"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Genç KurguWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...