Julian segera berlari menuju lantai bawah dan menghampiri Arsen seketika. Dia merasa lega dan bersyukur kala ia melihat Arsen dalam keadaan selamat dan baik-baik saja dalam gendongan Robert.
Seiring Robert memberdirikan tubuh Arsen dengan perlahan.
Julian turut memeluk Arsen dengan erat seketika. "Syukur lah lo gapapa!!! Alhamdullilah..."
Para siswa dan siswi turut bertepuk tangan bahagia melihat Julian yang memeluk Arsen dengan erat. Bahkan Nanto, Adit dan Anwar yang sudah kelimpungan mengangkat trampolin milik eskul jasmani, turut bahagia dan sedikit kecewa karena usaha mereka sia-sia. Tapi intinya, Arsen selamat.
"Uuuuunnnhcchh... Ayang Obet emang bener-bener Ibu Peri bingits njiiirr!!!" cetus Nanto.
Adit dan Anwar bergidik geli mendengarnya.
Arsen turut memperkuat pelukannya pada Julian, namun matanya tak mau lepas dari Robert.
Robert tersenyum lalu menundukkan kepalanya.
"Sudah bubar, bubar!!!" teriak kepala sekolah seketika.
"Whoooooooo!!!" teriak seisi lapangan pada kepala sekolah yang mengganggu kesenangan mereka. Seketika kepala sekolah pun turut menghampiri Arsen, Julian dan Robert. "Kamu tidak apa-apa, Arsen?"
Arsen melepas pelukannya dari Julian. "Gapapa, Pak!"
"Tidak ada luka ringan, cedera ataupun traumatis? Apa perlu dibawa ke rumah sakit?" tanya Kepala Sekolah khawatir.
"Enggak, Pak! Saya gapapa. Tapi saya mohon sama Bapak, tolong usut Naufal Adiputra, Pak! Dua belas IPS 4! Dia yang buat saya sampe seperti ini! Periksa juga CCTV kelas saya, Pak! Disitu buktinya!" cetus Arsen. "Terserah Bapak mau apain dia! Yang jelas saya gak mau dipertemukan sama dia!"
Mendengar nama Naufal di sebut, Julian tiba-tiba memanas seketika. Dia mengepalkan tangannya.
"Baiklah, Arsen. Bapak akan undang dia segera! Sebelumnya, sampaikan salam Bapak pada Papa kamu, Sen! Karena beliau sudah bersedia menjadi donatur, bahkan dengan donasi terbesar di sekolah ini. Terima kasih juga untuk sumbangan komputer-komputer barunya" ujar Kepala Sekolah.
Arsen mengangguk. "Nanti akan saya sampaikan, Pak!"
"Makasih Pak Robert, karena telah menyelamatkan Arsen dengan sigap" ujar Kepala Sekolah.
Robert mengangguk, "Itu sudah menjadi kewajiban saya, Pak!"
Mendengar kalimat itu, Arsen tertegun. Sementara Julian merasa bahwa dia tidak ada apa-apanya dibandingkan aksi Robert barusan.
Kepala sekolah pun pergi meninggalkan Arsen, Julian dan Robert.
Robert turut mengambil boneka angry bird tersebut yang berada di atas tanah. Lalu dia memberikannya pada Arsen.
Arsen pun menerimanya. "Makasih ya?"
Robert mengangguk. Seiring dia pun mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, "Saya hanya ingin mengantar ini... kunci apartemen, Tuan Muda. Kalau-kalau Tuan Muda ingin ke apartemen sepulang sekolah!"
Arsen menerima kunci tersebut dengan canggung. Entah kenapa, Arsen malah merasa seperti tidak mengenal Robert lagi. "E-emang lu mau kemana? Kok ngasih kunci? Kan gue bisa tinggal minta aja sama lo nanti!"
Robert terdiam seketika. Matanya berputar-putar. "Saya... saya minta ijin ke tempat fitness, boleh kan, Tuan?"
"Sampe jam berapa?" tanya Arsen.
"Gak tau, Tuan! Mungkin bisa lama"
"Tapi nanti malem, anterin gue ke rumah Bang Yayan, bisa kan?" tanya Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...