"Sen! Penerbit neror gue mulu nih! Mereka minta ketemu lu! Mereka bilang lu belum kasih draf novel lu ke editornya. Emang iya?" tanya Nanto saat mereka sudah ada di apartemen.
Arsen termangu seketika. "Iya!"
"Astaga, Seeennn!! Jadi kemaren kita kesana itu ngapain aja sih?" tanya Nanto.
"Gue gak bisa ketemu editornya, To!" jelas Arsen.
"Ya kenapa???" tanya Nanto, gemas.
Arsen terdiam seketika. "Ya gak bisa! Lo aja gih sana yang anter copy-annya"
"Tapi itu editor tuh maunya lu langsung yang kesana. Bukan gue! Ada beberapa appointment yang harus di sepakatin bareng-bareng, Seeeennn!!!"
"Yaudah, lu aja! Lu kan manajer gue! Ya lu harus handle dong urusan beginian!"
Nanto menghela napas. Dia nampak lelah adu debat dengan Arsen. "Ini ada apaan sih sebenernya? Ada sesuatu antara lu sama editor itu yang gue gak tau ya?" tanya Nanto serius.
Arsen terdiam. Memandang Nanto takut-takut. "Enggak!"
"Ngaku gak lu!"
"Gada apa-apa"
"Gue mau handle nih urusan kalo lo mau ngaku!" tegas Nanto.
Arsen tertegun sejenak. Lalu dengan keyakinan dan keberanian, dia pun berujar, "Editornya... mantan gebetan gue waktu di Pribahasa dulu!"
"Anjrit!!!" Nanto memejamkan matanya gemas, "Harusnya gue bisa nebak! Lo serius, Sen???"
Arsen manggut-manggut lagi. "Namanya Caleb. Dia senior satu tingkat dari gue dulu. Sekarang udah lulus. Gue juga bingung, dia cepet banget kerjanya. Jadi editor ternama pula!""
"Kalian... sempet pacaran?" tanya Nanto.
Arsen menggeleng.
"Yaudah, kenapa lu jadi hard feeling gitu ke dia?" tanya Nanto, "Seharusnya lu kan bisa biasa aja dong! Harusnya lu tunjukin ke dia kalau lu juga udah sukses!"
"Gak segampang itu, Tooo!!! Ini beda! Gue justru kabur kesini tuh karena untuk ngilangin semua hal apapun tentang dia! Tapi... gue juga bingung, kenapa malah gue yang nemuin dia lagi!" cetus Arsen seketika. "Dan gue gak mau, rasa yang udah gue bangun buat Julian, diruntuhin sama dia gitu aja. Tadi aja dia nekat dateng ke sekolah gue cuma untuk ngasih bunga!"
"Oooohh... jadi dia yang diomongin anak-anak?" tanya Nanto.
Arsen menyungut, "Tuh kan!"
"Terus Julian... gak nanya-nanya tentang dia gitu, ke elo? Katanya ada Julian juga dikelas tadi pagi!" tanya Nanto.
"Iya. Dia nanya, itu siapa. Sempet kenalan pula. Gue bilang aja temen lama! Jadi mungkin menurut dia wajar lah, To! Mungkin temu kangen!" ungkap Arsen.
"Iya sih. Lagian... gue rasa, dia juga nyadar satu hal, Sen! Kalau dia itu gak berhak marah atau ngelarang-ngelarang lu untuk deket sama siapa aja. Secara... kalian kan belum resmi jadian!"
Arsen terdiam mendengar penjelasan Nanto barusan. Seketika pikirannya kemana-mana. "Tapi kalau Caleb aja sampe seberani tadi. Gue jadi takut pacaran sama Bang Yayan, To!"
"Loh, kenapa?"
"Gue takut aja dia tambah sakit hati, kalau tau masa lalu gue bareng Caleb!" ungkap Nanto.
"Emangnya lu sama Caleb pedekate berapa lama sih?"
"Dari gue kelas sepuluh gue udah naksir dia. Deketnya pas gue kelas sebelas. Udah ah, gue males ngebahasnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...