Chapter 91

2.6K 306 69
                                    

Julian berdiri dari duduknya. Wajahnya yang tadi mengantuk seakan cepat bereaksi dan memerah. Matanya melotot dan seketika berkaca-kaca. Suhu badannya tiba-tiba menjadi panas. Kerongkongannya pun terasa gatal. Dia tak percaya mendengar kabar ini. "Nyokap gue meninggal?" ulang Julian. Matanya sudah kemana-mana.

Arsen turut berdiri menatap Julian dengan ratap. Robert dan Nanto memandang Julian penuh kesedihan.

Julian pun turut beranjak dan pergi meninggalkan acara itu. Seiring dia berlari sambil memberhentikan taksi.

"Baaaaang!!!" Arsen berteriak memanggil Julian. Namun Julian tak menggubrisnya. Dia sudah terlanjur masuk ke dalam mobil taksi dan pergi menuju rumahnya.

Robert dan Nanto bingung harus apa. Sedangkan Arsen menyuruh Robert segera untuk mengantarnya ke rumah Julian dengan sangat terburu-buru.

Setibanya di rumah Julian yang sudah ramai dan di penuhi banyak orang, Julian langsung menghampiri jenazah Mamanya yang sudah terbaring beralaskan kain kafan di antara kerumunan orang yang membacakan doa padanya.

"MA!!! MAMAAAAA!!! BANGUN MAAA!!! PLEASE JANGAN TINGGALIN JULIAN, MAAAAA!!!" teriak Julian histeris sambil memeluk jenazah Ibunya tersebut.

Salah satu tetangga Julian turut memegang bahu Julian, memberikan dorongan ketegaran untuknya, namun sayangnya Julian tetap masih merasakan kepedihan yang luar biasa. Ibunya telah tiada dan rasanya Julian tidak bisa disuruh-suruh untuk berusaha tegar.

"Mamaaaa... maafin Julian, Maaa... Julian belum sempet ngebahagiain Mama! Julian belum bisa jadi anak yang baik buat Mama!" tangis Julian pecah. Wajahnya sudah berantakan. Pikirannya sudah kacau. Hatinya hancur melihat kepergian Mamanya.

Arsen, Robert dan Nanto pun tiba di rumah Julian. Arsen turut menghampiri Julian dan duduk disisinya. Dia mengelus-elus bahu Julian yang kini sedang melamati jasad Ibunya.

"Sabar, Bang... Bang Yayan yang tabah ya!" ujar Arsen berusaha menguatkan Julian sambil menangis. Dia juga tidak sanggup untuk melihat wajah Mama Julian yang sudah memucat.

Julian masih terus menangisi kepergian Mamanya yang begitu tiba-tiba. Seakan dunia sangat tidak adil padanya. Dia harus menerima musibah yang begitu memberatkannya.

Arsen pun bertanya pada salah satu tetangga Julian tersebut. "Ibu... kalau saya boleh tau, kenapa Mamanya Julian bisa meninggal? Apa penyebabnya?"

"Kecelakaan, dek! Kejadiannya pagi-pagi sekali. Ada mobil yang menabrak Ibu Wilma saat jalanan sedang sepi. Kebetulan, ibu sedang menjemur di depan rumah. Dan melihat Bu Wilma sedang berjalan menuju rumahnya sambil membawa belanjaan. Tapi tiba-tiba saja, sebuah mobil melesat dengan cepat, dan menabrak Bu Wilma. Ibu sampai kaget, jadi Ibu langsung bawa Bu Wilma ke rumah sakit dulu, lalu membuat laporan pada polisi. Tapi begitu saya kembali ke rumah sakit, Bu Wilma sudah dipanggil Allah... Ibu sudah menelpon-nelpon kamu, tapi nomor kamu tidak aktif. Ibu juga sudah menelpon orang tua Bu Wilma di lumajang. Dan sekarang... beliau sedang dalam perjalanan kesini"  terang tetangga tersebut.

Julian melotot dalam tangisnya. "Bu... Apa pelakunya sudah ke tangkep, Bu???"

Ibu-ibu itu pun menjawab, "Ibu juga kurang tahu, polisi sedang mengusut masalah ini, Julian. Julian yang sabar ya... semua ini cobaan dari Allah..."

Julian memejamkan matanya geram. Dia menangis sejadi-jadinya. "Ya Allah, Mamaaaaaa..."

Arsen turut menangis melihat kesedihan kekasihnya yang mendalam. Dia juga tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya menenangkan Julian pelan-pelan.

~

Di pemakaman Julian turun ke bawah liang kubur untuk membantu proses penguburan Mamanya tersebut. Arsen pun ikut turun ke liang kubur dan turut membantu melepas ikatan tali kafan pada jenazah Mama Julian, seraya memperbaiki posisi jenazah menghadap kiblat dan memasangkan papan kayu serta gumpalan bola tanah sebagai penyangganya.

STUCK ON YOU (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang