Chapter 43

3.3K 338 69
                                    

Julian terduduk diam di acaranya sendiri. Sedang yang lain pun ada yang bertahan bahkan ada juga yang memilih pulang karena tidak enak dengan Julian.

Nanto juga memilih pergi meninggalkan Julian dan acaranya, yang susah payah ia buat dengan Arsen. Karena dia pun merasa, dirinya juga sudah lelah untuk semua yang berhubungan dengan Julian. Dia tidak sekuat Arsen, yang bisa menerima semua kebatuan hati Julian. Rasanya dia juga tidak berhak untuk ikut campur. Kecewa, pasti ada. Tapi kali ini, Nanto membiarkan Julian menata hati dan dirinya sendiri kini.

Tania pun duduk di sebelah Julian dan mencoba memberanikan diri memegang pundaknya. "Maaf kak... acara kak Julian jadi rusak begini gara-gara aku. Gak seharusnya aku ada disini bareng kak Julian dan temen-temen kakak"

Julian menyeka air matanya. Dia menyunggingkan senyumnya seketika. "Bukan... ini bukan salah lu kok, Tan! Kan gue yang nyuruh lu untuk dateng kesini dan pura-pura jadi pacar gue di depan Arsen"

"Dari awal Tania sebenarnya juga gak setuju, kak! Karena hati kak Arsen pasti akan sangat terluka mendengarnya. Kasian dia, kak... dia sayang banget sama kak Julian! Tania aja bisa kok liat itu dari matanya"

Julian memegang lututnya dan menutup wajahnya disana. "Ini salah gue!!! Gue terlalu egois dan mentingin perasaan gue sendiri! Arsen pasti hancur banget. Tapi gue denger sendiri kalau Arsen tuh nerima cintanya Randai, Tan!"

"Arsen gak pernah nerima cinta saya, Julian..." ujar seseorang yang kini tengah berdiri di hadapannya. Randai.

"Kak Randai..." ujar Julian sedikit tak percaya. Julian dan Tania pun berdiri.

"Arsen tuh cuma cinta sama kamu! Kamu itu adalah orang yang berhasil menjebaknya. Menjebak hatinya. Hati dia itu terjebak di kamu. Tapi karena dia gak tau lagi harus ngapain, akhirnya dia memilih untuk terus melanjutkan perasaannya dan memperjuangkan cintanya untuk kamu, Jul!" ujar Randai, jujur.

"Tapi waktu itu, Arsen bilang kalau..."

"Kan yang dia bilang itu kalau misalnya... Bukan berarti dia langsung nerima gitu aja dong! Makanya kamu tuh kalau dengerin sesuatu jangan setengah-setengah dong, Jul!" ujar Randai.

Julian mengutuk diri. Memandang pedih pada dirinya sendiri. Kalau saja dia harus berkaca, dia pasti terlihat sangat payah dan begitu menyedihkan. Dia tidak dapat berkata apa-apa lagi. "Jadi bener, kalau kak Randai sama dia gak pernah jadian?" tanya Julian.

Randai tersenyum lebar, lalu dia menghampiri bilah sound system kemudian menyambungkan ponselnya pada kabel jack speaker tersebut. Lalu dia memutarkan sebuah rekaman suara percakapan dengan keras.

Kemudian separuh dua paruh, terdengar suara Randai dan Arsen saling mengobrol.

"Memangnya kamu sesayang apa sih sama Julian, Sen?" tanya Randai. Suaranya bergema di tengah-tengah kafe tersebut.

"Banget, kak! Sejak awal Arsen pindah ke Bakti Perwira, Arsen langsung suka dan jatuh cinta sama Julian, kak!" jawab Arsen.

"Kok bisa?" tanya Randai lagi.

"Arsen juga gak tau, kak. Tapi yang jelas, Arsen tuh terpesona dengan semua yang ada sama Bang Yayan. Gantengnya. Diemnya. Dinginnya. Galaknya. Tapi dia tetap... orang paling baik bagi Arsen! Gak ada tandingannya. Mungkin buat sebagian orang, dia itu galak kayak Angry Bird! Sukanya marah-marah. Tapi bagi Arsen, dia itu sama seperti burung... yang langsung terbang kalau di deketin! Makanya Arsen terus berjuang untuk dapetin cintanya Bang Yayan. Terserah, mau Bang Yayan itu nerima atau terus mati-matian nolak Arsen. Intinya, selagi Bang Yayan masih hidup di bumi, Arsen akan selalu sayang sama Bang Yayan! Mungkin orang normal gak akan tau... ini kisah perjuangan seorang abnormal, untuk mendapatkan hati seorang yang normal. Memang akan terkesan sulit... tapi gapapa. Arsen gak akan menyerah... Arsen juga gapapa, kalau di hujat, asal bukan Bang Yayan yang bersedih, dan sakit hatinya" jelas Arsen panjang lebar.

STUCK ON YOU (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang