Chapter 134

2.5K 331 215
                                    

Setibanya di rumah Arsen, Julian segera turun dari bajaj tersebut lalu menghampiri Pak Mukhlis di pos jaga.

"Pak Mukhlis..." panggil Julian.

Pak Mukhlis langsung saja membuka gerbangnya, "Astaga, Mas Julian. Kesini naik bajaj?" tanya Pak Mukhlis yang dapat melihat bajaj di depan jalan.

"Iya, Pak! Pak Mukhlis... saya boleh pinjam uang? Lima puluh ribu saja, nanti akan saya ganti, soalnya saya gak bawa uang, Pak!" ujar Julian, ratap.

"Oh, iya ada ada, Mas Jul!" Pak Mukhlis langsung saja membuka dompetnya dan memberikan Julian uang tersebut.

"Makasih banyak ya, Pak. Nanti saya ganti!"

"Sudah, pakai saja dulu, Mas!"

"Iya Pak" Julian turut berlari menghampiri bajaj tadi dan memberikan uang tersebut pada Julian. "Ini Bang! Kembaliannya ambil aja!"

"Asoy daah, makasih ye!" ujar si abang bajaj.

"Sama-sama, Bang!" ujar Julian, lalu kembali menghampiri pos jaga di rumah Arsen.

"Udah, Mas Jul?" tanya Pak Mukhlis.

"Udah, Pak! Mmm... ngomong-ngomong... Arsennya udah pulang belum, Pak?" tanya Julian.

"Belum, Mas Jul! Tuan Muda kan masih di rumah sakit! Tapi katanya gak sampe nginep kok! Bentar lagi juga pulang!" ujar Pak Mukhlis.

Mata Julian kemana-mana ketika Pak Mukhlis tau bahwa Arsen sedang di rumah sakit. Itu artinya, ia juga tahu penyebab Arsen sampai masuk rumah sakit. "Mmm... Pak Mukhlis tau, kenapa Arsen bisa sampe masuk rumah sakit?"

"Tau! Kepentok tiang listrik kan???" cetus Pak Mukhlis.

Mendengar ucapan Pak Mukhlis yang spontan, malah membuat Julian menahan tawanya. "Kepentok tiang listrik???" ulang Julian.

"Iya. Kata Tuan Muda, jidatnya benjol gara-gara kepentok tiang listrik. Lagian saya heran dah, masa iya bisa kepentok tiang listrik, emangnya Tuan Muda gak ngeliat apa?" cetus Pak Mukhlis.

Julian geleng-geleng kepala, "Arseeeen... Arsen... ada-ada aja tuh anak!" gumam Julian. Lalu dia bertanya lagi pada Pak Mukhlis, "Kalo Papanya Arsen? Ada, Pak?"

"Ooohhh, kalau Tuan Besar sedang urus proyeknya di Myanmar. Kerja sama gitu!" ujar Pak Mukhlis.

"Wiiih, keren! Memangnya Papanya Arsen itu kerja apa sih, Pak? Sampai bisa sesukses dan semakmur ini?" tanya Julian.

"Yaa... ada banyak lah bisnis dia Mas Jul. Semuanya itu tergabung jadi satu industri besar di Jakbar. Mungkin karena klien-kliennya kebanyakan dari luar negri, makanya beliau semakin makmur" jawab Pak Mukhlis.

Julian manggut-manggut. "Wah, saya jadi ngerasa minder nih, Pak!"

"Minder kenapa???" tanya Pak Mukhlis.

Julian tak berani berterus terang, dia hanya mengangkat kedua bahunya.

"Ooohhh... pasti soal Tuan Muda ya???" tanya Pak Mukhlis, bisa menebak.

Julian hanya tersenyum lebar.

"Mas Jul! Saya kasih tau ya, cinta itu gak mandang fisik, jenis, harta dan tahta. Cinta itu satu kesucian dari yang maha besar"

"Oh ya???"

"Iya lah"

"Pak Mukhlis.... maaf, mmm... muslim???"

"Iya dong, tiap hari sholat lima waktu. Kalau ada Tuan Besar sama Tuan Muda, kita sering sholat berjamaah di mushola rumah!" ujar Pak Mukhlis.

"Pak Mukhlis... gak jijik... atau benci sama saya, karena saya dan Arsen saling mencintai? Kan dalam agama, itu dosa besar, Pak!" ujar Julian.

STUCK ON YOU (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang