Seisi kelas turut berteriak dengan penuh pesona tajam dan terkesima pada Caleb yang tengah memandangi Arsen dengan senyuman manisnya.
"Kok kamu bisa disini sih?" tanya Arsen.
"Ciyeee Arseeennnn...." seru anak-anak di kelas berkelenjotan baper dengan Arsen dan cowok berkemeja cokelat rapih tersebut.
"Sssttt... diem!" Arsen menempelkan jarinya di bibir guna mengisyaratkan agar tidak gaduh pada anak-anak di kelas.
"Dia siapa, Sen?" tanya Julian, penasaran.
Caleb tersenyum manis pada Julian yang turut memerhatikannya. Dia menjulurkan tangan kanannya pada Julian. "Oh... perkenalkan, saya Caleb. Man..."
"Te-Maannnn Arsen!" tekan Arsen sambil memberi tatapan peringatan pada Caleb.
Julian pun menerima jabatan tangan Caleb tersebut. "Julian..."
"Julian Januar?" tanya Caleb.
Julian ragu-ragu mengangguk. "Ya"
"Oooowwwhhh... jadi anda Julian Januar?" ulang Caleb.
"Ya. Kenapa ya?" tanya Julian penasaran. "Tau darimana nama lengkap saya?"
Arsen memejamkan matanya, gemas. Hancur sudah.
Caleb melirik ke arah Arsen sejenak. Sedang Arsen menatap Caleb harap-harap cemas. Jangan.
Caleb pun kemudian berujar, "Enggak. Gapapa. Arsen sering cerita tentang anda!"
"Oooohh..." Julian menatap Caleb penuh curiga, namun dia berusaha menyembunyikan rasa curiganya itu.
"Julian... sebentar ya..." ujar Arsen.
Julian manggut-manggut, lalu ia pun kembali ke mejanya dan duduk di kursinya.
Sementara Arsen mendorong tubuh Caleb keluar dari kelas itu dan mereka pun saling adu argumen di depan dinding kelas tersebut. "Kamu tuh apa-apaan sih, hah? Ngapain pake acara ke sekolah saya segala? Tau darimana, lagi?" tanya Arsen bertubi-tubi.
Caleb hanya tersenyum manis, "Emangnya gak boleh saya main ke sekolah kamu?"
"Ya buat apa???" tanya Arsen.
Caleb tak menjawab, dia hanya melihat ke seisi sekolah itu. "Saya gak nyangka kamu bisa pindah sejauh ini"
"Saya juga gak nyangka, kamu bisa dateng ke sekolah saya sejauh ini!" cetus Arsen. Tatapannya penuh peringatan.
Caleb tak menjawab lagi. Dia hanya menatap Arsen dengan tajam dan picingan mata menawan ciri khasnya.
Arsen mencoba memalingkan pandangannya saat Caleb melakukan kebiasaan itu lagi. Kebiasaan yang selalu membuatnya terkesima dan terpaut pada namanya.
"Do you miss me, Arsen?" tanya Caleb tiba-tiba.
Arsen seketika mendongak, menatap Caleb dengan tajam. "Bilang apa barusan???" ulang Arsen.
"Kalau kamu dengar, saya gak perlu mengulang!" ujar Caleb tiba-tiba.
"Ya! Bener! Kamu gak perlu mengulang kata-kata itu lagi. Dan kamu gak perlu mengulang apapun yang udah terjadi, yang udah tega kamu lakuin ke saya!" tegas Arsen. Lalu dia menunjuk tangannya ke kanan. "Pergi!!! Tinggalin saya dan kehidupan saya, Caleb!"
"Saya butuh bicara sama kamu!" ujar Caleb.
"Saya gak mau bicara apa-apa lagi sama kamu!" bantah Arsen. "Pergi!"
"Ada banyak yang ingin saya tanyakan sama kamu, termasuk juga hal-hal menyangkut buku kamu, Arsen!"
"Kamu bisa bahas itu sama manajer saya!" tegas Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU (END 18+)
Teen FictionWARNING : LGBT CONTENT!!! (18+) HOMOPHOBIC START TO RUN OUT OF THIS READS. THANKS. (Baik Nama tokoh, tempat, alur, keseluruhan cerita, semuanya hanyalah fiktif belaka. Mengandung kalimat kasar dan tidak di anjurkan untuk di baca oleh usia dibawah 18...