Tepat seminggu kejadian Anala memutuskan pertunangannya dengan Dean. Lelaki tampan itu terus berusaha mendekati Anala lagi mulai dari sering datang ke kantornya sampai berdiam diri di depan gerbang rumah Rudi Mahardika.Semenjak itu juga Anala memilih tinggal di rumah kakeknya, entah kenapa dia semakin tidak nyaman berada di rumah orang tuanya sendiri. Karena, kedua orang tuanya masih bersikap tidak peduli dengan apa yang terjadi pada dirinya.
Anala memilih untuk rehat sejenak dari banyaknya beban kerjaan, dia memakai cuti tahunannya untuk pergi ke kota Paris. Alasannya adalah dia butuh suasana baru. Dia benar-benar malas tiap harinya harus menghadapi Dean yang selalu memelas minta maaf.
Lagi pula, kepergiannya ke Paris juga termasuk pada rencananya untuk pembalasan.
Anala turun dari kamarnya setelah bersiap untuk berangkat ke bandara. Di bawah sudah ada Tria—sekretarisnya yang akan dia ajak ke Paris berdiri diantara dua koper besar. Anala akan memanfaatkan waktu sebulannya untuk liburan di Paris bersama Tria lelaki culun yang lebih muda dua tahun darinya.
"Bawa ke mobil sana, ngapain masih berdiri di sini?" Anala melangkah santai ikut duduk di sofa bersama neneknya.
Husna neneknya langsung mencubit paha Anala yang terbuka. Tata krama dan sopan santun sangat berlaku di kediaman Mahardika ini, jadi dia selalu menegur Anala jika cucunya itu sudah berlebihan.
"Ashh! Kenapa di cubit sih akunya!" Keluhnya dengan suara manja.
Di depan Husna dan Rudi, wanita angkuh itu akan berubah menjadi anak kucing yang menggemaskan. Di depan dua orang itu saja Anala bisa bersikap apa adanya.
"Tria, surat-surat udah di bawa kan?" Tanya Husna.
Tria mengangguk cepat dan segera menarik dua koper milik Anala. Semalam, Anala menarik Tria dari kostannya untuk pergi ke mall membeli keperluannya di sana. Dan dua koper itu isinya semua pakaian baru yang Anala beli. Tria baru pertama kalinya bertemu satu wanita kaya raya yang tidak memandang label suatu barang, dan itu hanya Anala.
"Kakek udah berangkat?" Tanya Anala sambil mencomot risol yang ada di meja.
Neneknya mengangguk, "kakekmu harus pantau langsung Ardi biar anak itu nggak asal-asalan buat gantiin posisi kamu sementara."
Anala tertawa kecil. Selama dia pergi ke Paris nanti, kerjaannya akan di ambil alih sementara oleh sepupunya yang baru saja menyelesaikan S2. Dan Anala yakin lelaki manja itu tidak bisa bekerja dengan benar. Mengingat seluruh sepupunya itu adalah bibit anak orang kaya manja yang selalu mengandalkan harta daripada otak. Itulah alasan paling kuat jika perusahaan Mahardika hanya jatuh di tangan Anala. Karena wanita angkuh itu kandidat paling meyakinkan.
Anala pamit pergi setelah Tria selesai menaruh koper ke bagasi mobil. Di dalam mobil Anala sedang memantau sisa kerjaannya lewat tablet dan di sebelahnya Tria juga melakukan hal yang sama. Saat setengah perjalanan Tria langsung teringat sesuatu.
"Bu." Panggil Tria pelan membuat Anala nenoleh bertanya, "Perintah bulan lalu yang Ibu suruh, sudah ada di tangan saya." Ucapnya pelan karena ragu.
Dia ragu kalau Anala tidak akan kecewa dengan apa yang akan dia sampaikan nanti. Karena apa yang Anala perintahkan saat itu sama saja mengorek kembali luka hati atasannya.
Wajah Anala terlihat kaku namun mengangguk perlahan memberi tanda untuk Tria mengatakan hasil perintahnya.
"Benar kata Ibu, Nona Inala nggak ada di Malang. Tapi dia dan suami ada di Singapura. Mereka tinggal di salah satu apartement mewah milik Tuan Lukman. Mereka juga tinggal selama tiga tahun lebih di sana, lebih tepatnya setelah kelahiran anak pertama Nona Inala dan Tuan Irham."