Sagara duduk di meja belajarnya sambil mencatat sesuatu. Selesai makan malam, dia langsung izin masuk ke kamarnya. Dia sadar kalau tingkahnya yang tiba-tiba ini membuat satu rumah bertanya-tanya. Dia berkutat sedari tadi menulis di dalam buku notes kecil tentang kematian Selena lalu perasaannya yang campur aduk sampai kecelakaan dan berakhir di sini. Selesai menulis panjang lebar, dia mulai Menyusun sebuah rencana. Maka dari itu dia sedang mencatat hal-hal yang menurutnya harus dia lakukan di masa lalu.
Wajahnya begitu serius membuat urutan kejadian.
Dia melirik kalender yang tertempel di dinding. Sekarang tanggal 10 januari, seingatnya Selena akan menjadi anak magang selama 6 bulan. Dan selama 5 bulan itu ada kejadian-kejadian penting.
Sagara menyanggah kepalanya, mengingat keras apa saja kejadian penting yang harus dia ingat.
Bukannya mengingat kejadian penting, dia malah mengingat isi jurnal milik Selena yang pernah dia baca sebelum kecelakaan.
15 Januari 2015
Ada sesuatu yang aneh darinya
Aku tidak mengerti tapi aku yakin ada yang dia sembunyikan.
Aku risih tapi aku tau posisiku.
Rasanya mau menceritakan kegelisahan ini pada Kak Meri atau Mas Saga.
Tapi aku nggak berani.
Aku harus apa?
Sagara sangat ingat di tanggal itu Selena menulis isi jurnalnya sebelum dia menceritakan betapa antusiasnya dia diterima magang.
Dalam jurnal Selena memang terasa ada yang janggal. Di beberapa tanggal Selena bercerita namun seperti teka-teki karena hasil dari kegelisahannya tak diceritakan kembali.
Kecuali di satu tanggal
27 mei 2015
Aku merasa bersalah.
Aku tau siapa sebenarnya.
Aku takut.
Dia bilang nggak akan ada yang percaya padaku.
Mas Saga sekalipun...
Selena cukup ekspresif menceritakan kehidupannya di dalam jurnalnya. Tapi, di beberapa tanggal, hanya berisikan kalimat-kalimat singkat. Yang tidak memiliki jawaban.
Sagara berpikir keras, tanggal yang Selena tulis apakah menyangkut dirinya atau tidak.
Selena bahkan menyebutkan namanya. Seharusnya Sagara tahu ada kejadian penting.
Kesal tidak mengingat apapun, Sagara mengusap kasar rambutnya.
"Apa sih maksudnya?"
Akhirnya Sagara menutup buku notes kecil itu dan beranjak ke ranjangnya.
Sagara pikir nanti dia akan mengingat sendiri seiringnya waktu.
Saat sudah berbaring, Sagara menatap langit-langit. Dia yakin meski tertidur, dia tetap akan berada di kehidupan ini. Semua ini nyata dan bukan hanya mimpi.
Dirinya sudah membuktikan dengan menusuk jarum pentul ke ibu jarinya. Rasanya sakit sampai mengeluarkan setitik darah.
Jadi rasanya percuma dia berharap akan terbangun dan ternyata ini semua mimpi.
Sagara menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan lalu memejamkan matanya untuk tidur.
***
Sagara datang tepat waktu ke kantor. Ruangan sudah di isi oleh Selena, Meri, dan Deril. Sedangkan Ferdi dan Dito memang langganan terlambat masuk kantor.