The Queen (6)

16.8K 2.2K 225
                                    


Bunyi pintu tertutup menggema di ruangan gelap. Sidney baru saja sampai di apartement yang sudah 1 tahun ini menemaninya. Untuk memuluskan rencana membalaskan dendamnya, Sidney keluar dari rumah megah Claire. Mulai menyusun sedikit demi sedikit kemungkinan untuk masuk ke dalam kehidupan Samudera Biru.

Biru...

Sidney membisikan namanya dengan lirih di dalam benaknya. Siang tadi saat mengunjungi Biru untuk pertama kalinya di kantor lelaki itu, Sidney sadar ada sesuatu yang berbeda.

Pertanyaan Biru yang membuat jantungnya berdetak kuat seakan memerangkapnya.

Siang tadi, dirinya dan Biru bercinta diatas meja lelaki itu. Panas tapi ada yang berbeda.

Dia tidak pernah melihat tatapan yang menyiratkan kebingungan dan kesedihan selama mengenal Biru.

Biru adalah pria panas dengan libido tinggi. Melihat Sidney berpakaian lengkap saja Biru akan bergairah.

Tapi, siang tadi terasa sekali kehati-hatian Biru padanya.

Sidney menggelengkan kepalanya lalu menghempas kasar tubuhnya pada kepala sofa. Dia sadar ada sesuatu yang menahan dirinya setelah kepulangan dari liburan itu.

Liburan yang Sidney rencanakan untuk mengusik seorang Helen.

Mengingat Helen, dada dalam Sidney terbakar oleh amarah. Dia sangat membenci perempuan itu.

Karena dia Sidney harus menderita. Luntang-lantung dibawah derasnya hujan karena kekuasaan keluarga Helen.

Kini Sidney hampir memiliki semuanya. Lewat Claire, dirinya bisa membalas kejahatan Helen.

Sidney tidak akan lupa apa yang sudah Helen lakukan saat dulu.

Saat dulu dirinya menjadi adik kelas seorang primadona SMA Cendikiawan I. Adik kelas yang akan siap menerima tingkah laku iblis pemandu sorak idaman. Adik kelas yang bahkan tidak tahu di mana letak harga dirinya saat harus membersihkan sepatu putih pemilik kakak kelas berambut cokelat panjang dengan lidahnya.

Senyum miring Sidney terbentuk dalam gelap ruangan. Terlihat mengerikan karena dia sudah menjual jiwanya untuk berbalik membalas sakit hatinya selama ini.

"Helen. Aku tidak akan melepaskanmu."

***

SMA Cendikiawan I

Suasana sekolah elit yang baru berdiri selama 7 tahun itu sangat ramai. Para siswa-siswi bersiap menuju lapangan upacara, bergerombol saling bercanda ria.

Berbeda dengan satu gadis bertubuh gemuk yang sedang berlutut di belakang kantin sekolah. Kantin yang jaraknya cukup jauh dengan lapangan upacara.

Kewajiban di SMA Cendikiawan I adalah seluruh murid, guru, staf tata usaha, dan staf kantin harus mengikuti upacara tersebut sampai selesai. Maka dari itu, suasana kantin terlihat sangat sepi.

"Sini dasi lo." Perintah seorang gadis cantik yang duduk disebuah bangku.

Gadis itu cantik, semua orang akan mengakuinya. Rambutnya panjang dan tebal, tertata dengan gaya kekinian.

Wajahnya terpoles sempurna dengan make up tipis agar tidak terlihat norak dan mencolok. Seragamnya ketat dan minim, tapi itu menjadi kesukaan para murid lelaki saat gadis itu berjalan melewati mereka.

Di bibirnya terselip rokok yang baru menyala. Dia duduk dengan angkuh, menatap rendah gadis yang berlutut dihadapannya.

"Ta-tapi, Kak—"

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang