The Heart Wants What It Wants

55.8K 2.4K 400
                                    



21+

Tamara

Aku menatap kumpulan lelaki di kantin kantor dengan tatapan datar. Menyembunyikan kekaguman yang sangat besar pada lelaki berkemeja merah darah itu. Lelaki yang membuatku terpaku pada sekali pandangan.

Namanya, Yudha, dia sudah 5 tahun bekerja di sini, sedangkan aku baru memasuki tahun pertama. Aku mengenalnya sebagai mentorku di divisi yang kami hendaki.

Dia sangat baik, ramah dan tidak sombong dalam bertutur kata. Tapi, jika sudah bersama Bram dan Hito, dia sama gokilnya. Terlihat dari bagaimana mereka bertiga bertukar candaan. Aku sangat menyukai sifatnya yang mudah menyesuaikan keadaan.

"Ngeliatin siapa, sih, Neng?" Gadis teman kantorku memutus lamunanku.

Aku tersenyum kikuk, "Eh? Enggak kok!"

Gadis dan Fira, dua perempuan yang duduk dihadapanku langsung tersenyum jahil. Mereka tahu perasaan yang aku punya pada Yudha. Untungnya mereka bisa menjaga mulutnya.

"Cinta dalam diam sulit ya, Fir." Celetuk Gadis sambil mengerling jahil.

Aku mendengus saat mendengar Fira mengangguk beekali-kali sambil tertawa menanggapi Gadis.

"Deketin dong, Ra. Cemen banget kamu."

Aku memutar kedua bola mataku malas mendengar saran Gadis yang kesekian kalinya. Aku bukan tidak ingin usaha mengejar lelaki impianku, hanya saja... aku malu.

Setiap berdekatan dengannya, hatiku berdetak tidak karuan. Sikapku akan kikuk dan jadi salah tingkah. Belum lagi tutur bahasaku yang akan berantakan kalau sudah berhadapan dengan Yudha.

"Dengar-dengar, seminggu lagi Mas Yudha ulang tahun yang ke tiga puluh. Nah, mau diadain acara makan-makan di rumahnya." Ucapan Fira mengingatkan aku pada perkataan Bram dan Hito yang tidak sengaja aku dengar di pantry.

Waktu itu saat sedang menyeduh kopi, Bram dan Hito yang sedang merokok di balkon pantry bertaruh sesuatu tentang Yudha.

"Gue yakin Cece pasti suprisin Yudha."

"Nggak yakin gue. Cece orang sibuk gitu. Yudha juga cerita kan kalau tahun ini Cece lagi kejar deadline biar bisa ajuin pindahan ke sini."

"Tapi, feeling gue nih, To, Cece bakalan balik. Liat tuh Mamanya Yudha, ulang tahun Yudha masih lama, tapi udah heboh banget mau bikin kejutan dari sekarang. Gue yakin banget, To! Ayok taruhan kalo nggak percaya!"

"Dih, ayok! Gue yakin seribu persen Cece nggak bakal balik! Dia pasti masih sibuk! Kalo gue menang, stik golf yang lu pesan dari brunei buat gue ya?"

"Tau aja lo barang baru! Deal! Kalo gue menang, jaket army uniqlo yang lo beli minggu lalu dan pamerin ke gue, buat gue ya?!"

"Anjing lo! Tapi yaudah!" Mereka saling bersalaman sambil tertawa kencang.

Sampai sekarang, aku tidak tahu siapa Cece yang mereka bicarakan. Hatiku sedikit khawatir kalo nama perempuan yang dikait-kaitkan pada hari ulang tahun Yudha adalah perempuan spesialnya. Dan itu membuatku semakin gusar.

Karena sejujurnya, tiap hari perasaan ini semakin berkembang. Belum lagi segala perhatian kecil yang Yudha berikan padaku. Dan aku semakin mencintainya.

"Mas Bram bilang nanti kita satu divisi mau suprisin Mas Yudha di rumahnya." Gadis menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, "Gue juga denger-denger, kalo Mas Yudha ini orang tajir, loh!"

"Emang, Dis?" Fira menatap penasaran.

Gadis mengangguk, "Abangnya Mas Yudha itu dokter jantung. Adeknya juga punya cafe terkenal di daerah blok m."

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang