My Love Story (2)

61.3K 3.6K 79
                                    

21+

Saat itu hujan turun. Rehan harus izin saat jam 2 siang karena dipanggil sekolah Adiknya yang lelaki akibat tawuran dan kedua orang tua Rehan sedang ada di luar kota.

Awalnya semua berjalan biasa sampai Mbak Minah membawa gossip tentang Rehan pergi ke sekolahan Adiknya bersama sang mantan—Lula. Aku bahkan siap menangis kencang saat mendengar berita itu.

Sambil bekerja aku sambil menyeka air mataku yang turun terus-menerus. Ku lirik ponselku ternyata Rehan belum menghubungiku. Sampai jam pulang kantor, aku mendesah lelah. Aku berangkat pagi ini bersama Rehan dan hujan turun begitu lebat sedari siang. Aku menatap langit mendung dari balik kaca lobi.

"Sha? Belum pulang?" Suara Mas Sardi membuatku menoleh.

"Nggak bawa mobil, Mas. Lagi pesan taxi online tapi nggak dapet-dapet." Keluhku.

"Ayo, Mas antar aja." Ajaknya.

Aku mendongkak menatapnya sambil berpikir, "boleh, Mas? Kan nggak searah?"

"Aku mau jemput anakku dulu. Kan searah sama tempatmu." Ucapnya dengan senyuman manis.

Aku berpikir sejenak lalu ingatan tentang Rehan melintas begitu saja. Rasa dongkol akhirnya memilih untuk mengiyakan ajakan Mas Sardi.

"Nggak ngerepotin kan, Mas?" Tanyaku saat Mas Sardi sedang fokus menyetir pajeronya.

Dia menoleh dan tersenyum, "kan anterin Tuan Puteri, udah tugasnya ini mah." Jawabnya sambil menjahiliku.

"Ck. Dasar duda nyebelin." Ucapku jutek, "Anak Mas sekolah tingkat apa?"

"Baru kelas 2 SMP dia. Laki-laki badung banget. Beda sama Papanya yang kalem."

Aku tertawa mendengar ucapan Mas Sardi. Mas Sardi ini memang lelaki paling kalem yang pernah aku temui. Bawaannya begitu tenang dengan senyuman lima jarinya saat menanggapi cerita seseorang. Aura kebapak-annya ini memang pekat.

Mobil berhenti 15 menit kemudian di parkiran sekolah yang begitu luas. Aku sempat membaca plang sekolah yang ternyata gedung ini satu yayasan SD/SMP/SMA.

"Mas turun sebentar ya jemput Gerry. Kamu tunggu sini." Aku hanya mengangguk dan melihat Mas Sardi mengambil payung dari bangku belakang.

Tidak butuh waktu lama Mas Sardi datang dengan anak lelaki berambut botak. Wajah anak Mas Sardi ini tampan dan sedikit Cina. Mungkin, mantan Istrinya yang memiliki darah Cina.

"Gerry, kenalin ini teman Papa, namanya Mbak Sasha." Kata Mas Sardi.

Aku menoleh ke belakang dan tersenyum melihat Gerry yang mengusap tangannya.

"Hai." Sapaku.

Dia tersenyum dan senyumannya itu persis sekali dengan Mas Sardi.

"Mama baru ya, Pa?" Celetuk Gerry yang membuatku tersenyum canggung.

Mas Sardi tertawa kencang, "Bukan, Ger! Kamu tuh nakutin teman Papa aja!" Sahutnya geli.

Huh, untung saja Mas Sardi tidak mengatakan hal yang akan membuatku risih.

"Oh, iya! Tadi Mas ketemu Rehan. Ternyata adiknya itu sekolah di sana juga, udah SMA kelas 3." Ucapan Mas Sardi membuatku terdiam membeku.

"Te-terus?" Aku menatap Mas Sardi horror.

"Aku bilang jemput Gerry sekalian nganter kamu pulang. Dia bawa motor ke sana jadinya nunggu hujan berhenti dulu. Dia juga mau balik ke kantor ambil barang-barang." Lanjut Mas Sardi.

Aku terdiam tidak menanggapinya. Berarti, Rehan sudah tahu aku sedang bersama Mas Sardi. Aku sedikit tidak enak hati tapi berusaha aku tepiskan karena mengingat gossip yang Mbak Minah sebarkan tadi siang.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang