Between You and Me (1)

53.7K 3.2K 286
                                    


Mata perempuan cantik itu sudah basah dan merah karena menangis. Malu juga di tanggungnya karena sudah dipermalukan di depan banyak orang. Belum lagi tangannya begitu sakit karena ditarik paksa oleh lelaki yang sudah menjadi tunangannya saat ini.

Tubuhnya di dorong cukup keras memasuki kamar hotel. Dengan badan setengah basah serta wajah yang sudah sembab, perempuan itu berbalik dan menampar keras pipi laki-laki yang berdiri dihadapannya.

Laki-laki itu diam namun wajahnya mengeras menahan amarah. Tangannya terkepal mencoba menahan untuk tidak berbuat lebih dari apa yang dia lakukan sedari tadi.

"Kamu jahat!" Teriak Anala sambil terisak karena dadanya semakin sesak akibat menangis, "Kamu cowok paling jahat dan brengsek yang pernah aku kenal!" Lanjutnya seraya memukul tubuh Dean secara membabi buta.

Dean—tunangan yang baru satu jam lalu menyematkan cincin di jari manisnya itu memilih diam membiarkan Anala memukulnya.

Dia tahu jika sedikit banyak kesalahan yang menyakiti tunangannya itu. Dia tahu kalau Anala benar-benar kecewa padanya. Tapi, semua yang dia lakukan adalah spontanitas.

Bagaimana dia tidak memaki Anala di depan seluruh tamu karena perempuannya itu menampar dan mendorong sahabat perempuannya ke dalam kolam renang.

Vivi, teman sedari kecil dan sahabatnya sampai sekarang bukan perenang yang handal. Sahabatnya itu bisa saja kehilangan nyawa karena sikap kasar Anala.

Dan tanpa di cegah, Dean menolong Vivi memastikan sahabatnya baik-baik saja. Lalu dengan murka dia memaki Anala di depan seluruh tamu penting di acara pertunangannya sendiri.

Seluruh kalimat menyakitkan keluar dari mulut tajam Dean. Bahkan, dirinya hampir kelepasan menampar Anala jika saja adik perempuannya tidak menahannya.

Wajah pucat serta tatapan kecewa Anala jelas Dean tangkap. Tapi dia benar-benar tidak bisa mengatur emosinya saat tunangan dan sahabatnya bertengkar seperti tadi.

"Aku nggak mau tunangan sama kamu, berengsek! Aku mau semua di batalin!" Anala terus meracau, memukul tubuh Dean yang masih basah dari kepala sampai kaki.

"Jangan berharap kamu!" Desis Dean karena mendengar ucapan Anala.

Tentu saja dia tidak akan melepaskan perempuannya itu. Dia butuh waktu lama untuk meyakinkan Anala untuk bersamanya. Lalu, dengan mudahnya perempuan cantik didepannya berkata seperti itu.

Anala menampar Dean sekali lagi. Dia benar-benar marah dan malu. Sudah tidak ada muka dia di depan umum setelah Dean mempermalukannya.

Semua itu bukan salahnya. Vivi sahabat Dean selalu memancing emosinya. Selama ini Dean tidak pernah tahu sifat buruk sahabatnya itu. Karena Vivi adalah artis yang handal dalam bermain peran. Dan puncaknya adalah tadi. Vivi menyinggung kembali masa lalu kelam milik Anala. Tidak terima masa lalu terburuknya diungkit kembali, emosi Anala tidak bisa terbendung lagi.

Dengan berani Anala menampar perempuan yang lebih tinggi darinya dan mendorong ke kolam renang hotel yang begitu luas.

Yang tidak Anala percaya, Dean memakinya bahkan menyiramnya dengan air sirup dari meja yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Anala tahu Dean adalah lelaki yang susah mengatur emosi. Tapi, selama ini lelaki itu bisa menahan amarahnya di depan Anala. Dia tidak menyangka, pembelaan dirinya menjadi bumerang untuknya.

"Kamu pikir aku masih mau sama kamu setelah ini semua? Jangan mimpi!" Balas Anala tidak kalah sengit.

Inilah Anala, dia bukan perempuan penurut dan penakut. Dia terbilang berani dengan semua tindakannya. Bahkan, dia tidak segan melakukan hal jahat jika memang ada yang mengganggunya.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang