"Dari mana?"
Biru mendudukan dirinya di kursi bar yang langsung disuguhi gelas pendek ke hadapannya. Lelaki berkemeja hitam dengan tattoo di lengan kirinya itu sudah tahu minuman apa yang dia inginkan.
"Habis antar Sidney pulang." Jawab Biru santai mengeluarkan sebatang rokok di atas meja.
Geka, sahabat serta sepupunya itu menaikan alisnya tinggi-tinggi. "Semakin dekat, hm?" Sindirnya.
Geka sudah tahu tentang hubungan gelap yang Biru lakukan bersama Sidney perempuan yang dia akui cantik dan mempesona. Geka sangat mengenal Biru, dari kecil mereka dekat dan saling memahami.
Yang Geka lihat, Biru memang terjatuh pada pesona Sidney. Si rambut hitam panjang yang sangat kekanakan dan manja dimatanya. Anehnya, Biru yang memiliki selera tinggi pada lawan jenis malah menjadikan Sidney simpanan yang selalu di nomor satukan.
"Kasihan gue sama tunangan lo." Ucap Geka.
Mereka berada di bar kelas atas yang tidak menyediakan musik EDM dengan kencang. Bar ini dibangun di atas hotel yang menyediakan suasana tenang dan nyaman untuk para kaum borjuis yang ingin istirahat dari berisiknya ibukota.
Biru terkekeh. "Lo gantiin gue aja kalo lo kasihan sama dia."
Sambil mengusap kain pada gelas bening di tangannya, Geka menatap tajam Biru. Mudah sekali Biru melempar-lempar keputusan yang dia ambil dengan sadar.
"Lo yang pacarin dia sejak SMA. Lo yang bawa dia sampai tahap pertunangan. Nggak seharusnya lo main-main begini, Bi."
Biru membalas tatapan tajam Geka tanpa merasa terintimidasi. Dia sangat tidak suka saat seseorang mengintrupsi apa yang dia lakukan. Sekali pun orang itu adalah Geka yang sangat dekat dengannya melebihi kedua orang tuanya sendiri.
"Gue sayang Sidney." Cueknya menghisap rokok.
Geka menggeleng lemah. "Lo kenal Sidney sekitar empat bulan lalu. Sama Helen lo dari jaman SMA. Belajar gila lo?" Hardiknya.
"Lo tau dengan jelas ceritanya gimana, Ka." Desis Biru pelan.
"Gue akuin itu. Tapi, bukan gini caranya. Emang Sidney nggak mulai protes apa jadi simpanan lo?"
"Sidney bukan simpanan gue."
"Dia simpanan lo, Biru. Lo nggak pernah bawa dia ke publik—"
"Sidney nggak pernah mau."
"Karena lo punya Helen!" Bentak Geka jengkel. "Meski gue nggak terlalu suka sama Sidney, tapi gue yakin dia masih punya sedikit otak buat nggak mempermalukan dirinya. Ada masanya dia bakal sadar kesalahan dia. Eh, itu juga kalo dia punya otak!" Ketus Gekas
Geka memang tidak menyukai Sidney. Seperti Biru, Geka memiliki selera tinggi dan tidak suka perempuan macam Sidney. Terlalu manja dan mengandalkan kelebihan fisiknya saja.
"Jadi lo pilih siapa, Ge? Sidney apa Helen?"
"Kok lo tanya gue?" Sewot Geka.
Biru tertawa kecil. "Gue tau lo nggak suka sama Sidney. Tapi, lo juga tau cerita hubungan gue sama Helen. Di sini gue cuman nikmatin yang ada aja. Ada saatnya nanti gue pilih diantara mereka berdua."
Geka mendesah pasrah. Biru adalah lelaki keras kepala dan suka seenaknya saja. Dia sangat menyayangkan lelaki yang dia kiranya hanya setia pada satu perempuan itu malah bermain belakang dengan perempuan lain.
"Lo harus tegas masalah cewek, Bi. Gue nggak tau lo atau Sidney yang bersikeras menutupi hubungan gelap kalian, yang pasti bakalan terungkap suatu saat nanti. Ingat, bukan cuman Helen yang bakalan kecewa nanti. Ada orang tua dan nama besar perusahaan lo."