Gesture Of Love 3

28.1K 2.2K 298
                                    


Sarah

Aku membuka mata saat kantung kemihku sudah terasa penuh. Mau tidak mau aku harus membuka mata dan melenguh panjang. Sejenak aku berpikir kenapa aku ada di kamarku. Lebih tepatnya di kamar rumah orang tuaku.

Saat ingatan apa yang aku lakukan sore ini bersama suamiku, pipiku rasanya panas sekali. Ya, bagaimana tidak. Di saat aku sedang mengabaikan suamiku selama berhari-hari, tiba-tiba saja aku merindukan sentuhannya.

Bukan tanpa alasan aku merindukan Kevin. Tapi, berkumpul di tengah-tengah saudaraku dan melihat keintiman mereka dengan pasangannya, aku jadi menginginkan hal yang sama.

Bersama Kevin tentunya. Mengingat aku sedang memberi pelajaran pada Kevin, aku jadi mengulas apa saja yang sudah Kevin lakukan selama ini—selama aku sudah mendiamkannya.

Sebut aku bodoh, tapi aku sebenarnya luluh pada perjuangan kecil tak berartinya dia. Caranya dia memandangku memelas dan kefrustasiannya membuatku senang.

Ada rasa puas di mana Kevin dua minggu ini selalu menatapku penuh permohonan. Namun, aku tidak mau membuatnya mudah. Aku tetap mengabaikannya dan membuatnya semakin tak berkutik.

Sebelumnya, aku berpikir keras mau di bawa ke mana pernikahanku ini. Mengingat Kevin yang akan lemah pada permohonan mantan mertuanya yang mengakibatkan terabaikannya diriku.

Jika aku bercerita pada Dean, dia pasti akan menyuruhku bercerai setelah itu dia akan membunuh Kevin. Kalau aku bercerita pada Lara, dia pasti menyuruhku berjuang untuk mendapatkan Kevin seutuhnya.

Tentu saja aku tidak akan bercerita kepada mereka, terutama kedua orang tuaku.

Selain memiliki sifat tertutup, aku tidak pandai mengatakan apa yang kurasakan pada orang lain. Aku takut jika nanti malah menambah beban pada keluargaku.

Berbeda dengan Dean dan Lara yang bebas mengeluarkan perasaannya pada orang-orang, aku tidak suka melakukannya. Maka dari itu, dari kami bertiga, bisa dibilang aku yang paling berbeda.

Dari dua kisah saudaraku, aku belajar tentang apa itu cinta. Dan dari itu di pernikahanku dan Kevin, aku  tidak mau gegabah.

Perceraian?

Untuk sebagian banyak orang, itu yang harus aku lakukan. Karena apa yang Kevin lakukan sangat tidak bisa ditoleransi lagi.

Benar aku tersakiti oleh Kevin. Benar juga kalau Kevin adalah lelaki bodoh karena mengabaikan aku.

Tapi, selama dua minggu ini aku berpikir. Kevin bukan orang yang keras seperti Papi atau Dean. Kevin memiliki sisi lembut yang teramat baik sehingga bisa dimanfaatkan oleh orang lain.

Dan itu yang aku lihat sekarang.

Kevin tidak mungkin menolak permohonan sosok yang sangat dia hormati. Dia juga tertekan di tempatnya karena dia tidak mau aku tersakiti.

Meskipun cara yang dia lakukan selama ini salah, sedikit banyak aku tahu dia sudah berusaha.

Kesalahan Kevin banyak. Dia tidak sempurna. Dan selama ini dia semakin menunjukkan ketidakmampuannya sebagai suami.

Aku kecewa, pastinya. Tapi, aku selama ini aku melihat keletihannya. Dia frustasi tentu saja, karena aku tidak memberi kesempatan lagi padanya.

Sejujurnya aku sedih. Sedih pada keadaan di saat kami bersama, cobaan seperti ini yang harus aku lalui.

Bisa saja aku yang mengambil tindakan dengan melarang Kevin untuk tidak menemui mantan istrinya. Bisa saja aku datang langsung pada Tante Indah dan mengkonfrontasinya langsung.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang