Another Way (2)

35.5K 2.8K 181
                                    


Aku berhasil membebaskan diri dari badan besar menggoda milik bujang lapuk yang sayangnya tampan. Semalam lelaki dewasa itu mendekapku diatas ranjangnya seperti aku adalah mainan yang akan direbut teman sebayanya.

Mungkin kalau di dekap aku tidak akan sehisteris ini. Masalahnya aku di dekap dalam keadaan setengah telanjang! Dan dia juga setengah telanjang!

Buru-buru aku memakai kaos dan celana pendekku sambil mengumpat melihat wajah Elang yang masih tertidur. Wajahnya terlalu polos dan damai seakan semalam itu bukan Elang yang kesurupan setan mesum.

Aku bergidik geli mengingat semalaman bibirku disedot habis dengannya. Ihhh! Elang apaan, sih!

Setelah memakai baju dan menyumpahi bujang lapuk, aku keluar dari kamarnya. Belum juga membuka pintu kamarnya aku melotot ngeri pada kaca yang terpasang dibalik pintu kamarnya.

"Gila!" Semburku melihat banyak lebam di disekitar leherku.

Ingatan tentang semalam bagaimana beringas mulutnya Elang berada di leherku membuatku mengerang jengkel setengah mati.

Aku menoleh kearah belakang, berharap tatapanku bisa membakar hangus badan menggoda itu diatas ranjang.

Aku keluar dari kamar Elang sambil menangkup leherku dengan dua tangan. Aku tidak siap bertemu Erika dalam keadaan cabe-cabean begini. Bisa mati karena malu aku diledek olehnya.

Tapi, aku juga ingin menyemburnya amarah karena semalaman aku berteriak memanggil namanya, si sialan itu tidak muncul sama sekali.

"Eriiiii!" Teriakku langsung masuk ke kamarnya.

Hatiku mencelos melihat betapa lelapnya Erika tertidur di depan layar laptop yang menyala serta airphone yang masih melekat sempurna di dua telinganya.

Jadi, Erika tidak muncul sama sekali karena memasang airphone ditelinganya?!?!?!

Dengan jengkel aku naik ke ranjangnya dan langsung menendang pahanya sampai dia berguling laku terbangun kaget.

"Apaan, sih, Mil! Bikin kaget tau nggak!" Seraknya dengan malas.

"Sialan lo! Gue butuh bantuan lo semalam! Ke mana aja lo!"

Erika mengusap telinganya yang aku yakin pasti sakit karena terlalu lama memakai airphone yang terus menyala sampai dia bangun.

"Kuping gue berdengung..." Gumam Erika setengah sadar.

"Mampus! Biar lo budek sekalian! Gila ya lo! Nggak ada gunanya banget sebagai teman gue!"

"Apaan, sih!" Dia mendelik jengkel, "lo semalam tidur di mana emang? Gue tungguin juga sampai ketiduran!"

Aku menghela nafas karena pada akhirnya Erika memang tidak tahu di mana aku berada. Padahal aku hanya beberapa langkah saja dari kamarnya. Alias berada di kamar si bujang lapuk.

"Errrrr!" Erangku kemudian, "lo yakin Mas Elang gay?"

"Yang bilang Mas Elang gay kan lo bukan gue." Cueknya.

"Gue tarik bilang dia gay, tapi dia tuh kesurupan ikan sapu-sapu!"

"Maksudnya?" Bingung Erika, "lo ngapain sih megangin leher kayak gitu?"

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang