Beautiful Pain: Aryo

15.3K 1.5K 897
                                    


Dipersilahkan waktu dan tempatnya para pembaca terhormat🙌🏼




Aku menatap pada layar ponselku. Pesan Azeline yang mengizinkan aku untuk berkumpul bersama teman masuk saat aku sudah berada di mobil. Senyum tak bisa aku tahan saat istriku itu mengirimkan juga foto putra kami yang sedang tertidur.

Ada rasa senang melihat wajah Dio anak pertamaku ini. Dia begitu tampan bahkan jika disandingkan dengan fotoku saat bayi mereka sangat mirip.

Azeline memang hebat mampu mengandung Dio sampai terlahir selamat. Selama sembilan bulan kehamilannya aku selalu dibuat khawatir oleh keadaan Azeline.

Istriku itu lebih banyak menghabiskan waktu di atas ranjang karena tubuhnya yang lemah selama hamil. Untungnya ada kedua mertuaku yang selalu menjaga Azeline.

Aku mengelus foto itu sekali lagi sebelum menjalankan mobil menuju apartemen sahabatku.

Semenjak menikah aku memang sudah jarang main-main keluar. Kalau pun keluar ingin mencari hiburan tentu saja Azeline akan menemani. Tapi, saat ini ada Dio. Istriku sudah tak bisa leluasa menemaniku untuk bertemu teman-teman.

Menikahi Azeline memang mudah. Apa lagi aku dan dia berhubungan sejak kuliah sampai akhirnya menikah. Diberi anak pun begitu cepat, padahal saat itu aku dan Azeline sedang berada di puncak karir.

Tidak mau mengedepankan ego, Azeline akhirnya mengundurkan diri. Memang agak disayangkan tapi bagiku anak kami lebih penting dari segalanya.

"Macet, Bro?"

Lelaki tinggi berbadan agak gemuk itu namanya Beni. Dia sahabatku sejak SMA.

"Lumayan lah. Sori cuman bawa ini." Aku menaruh makanan yang tadi aku beli saat diperjalanan. "Rianti mana?"

Rianti adalah sahabat kami juga sejak SMA. Dan sekarang Rianti adalah kekasih Beni.

"Masih di jalan." Jawab Beni sambil mencomot donat yang aku bawa. "Azel gimana kabarnya?"

"Baik."

"Gue liat makin terkenal aja tuh bini lo."

Aku terkekeh. "Nggak tau tuh tiba-tiba jadi selebgram."

Semenjak melahirkan, Azeline mendadak seperti artis terkenal. Banyak orang yang mengikuti akun media sosialnya. Dan saat ini dia sudah membuka endorsement. Dia memang aktif di media sosial.

"Lo nggak apa?" pertanyaan tiba-tiba Beni membuatku menoleh.

"Maksudnya?"

Ia mengedik bahunya. "Seingat gue lo risih gitu kan dapet perhatian banyak orang. Lo aja nikah ngundang nggak lebih dari 100 orang kemarin, banyak yang kaget pas tau lo tiba-tiba nikah. Terus sekarang Azel jadi selebgram gitu. Lo nggak apa?"

Aku terdiam sebentar sebelum mengibaskan tangan. "Ya mau gimana lagi lah. Azel juga hepi-hepi aja kayak gitu. Yang penting nggak ganggu gue aja."

Beni mangut-mangut. "Sok bijak lu!" cibirnya.

Setelah itu kami berakhir di depan tv dengan stik PS. Mau setua apapun memang permainan FIFA akan tetap menjadi favoritku dan Beni.

Sejam kemudian, pintu apartemen Beni terbuka. Aku menoleh dan agak terkejut karena Rianti tak sendirian, melainkan ada perempuan lain yang ikut bersamanya.

"Lho? Ada Luna?" bingung Beni.

Luna.

Perempuan itu mantan kekasihku saat masih berpakaian putih abu-abu. Kami sempat menjalankan hubungan jarak jauh karena Luna melanjutkan pendidikannya diluar kota. Sayangnya hubungan kami tak berhasil.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang